Malang, NU Online
Tradisi masyarakat Nusantara tak luput dari sejarah nenek moyang, dan bentuk akulturasi yang dilakukan Wali Songo. Para wali menyebarkan Islam tak semerta-merta menghapus budaya sudah mengakar kuat, namun menyatukannya dengan ajaran-ajaran Islam.
<>
Demikian dikatakan Ustad Kuswandi pada gelaran Ruwahan di Pondok Pesantren Global Malang, Jawa Timur Selasa (18/6). Ruwahan tersebut adalah mendoakan nenek moyang dengan bacaan tahlil.
“Ajaran Islam yang dikenalkan Wali Songo tidak kaku, sehingga masyarakat dapat menyerap dan menerima dengan mudah,” terang Kuswandi.
Ia menambahkan, Wali Songo juga mengenalkan bulan-bulan Islam yang selalu terkait dengan proses perbaikan diri, “Salah satu bentuk persenyawaan Islam dan budaya Jawa adalah “Ruwahan atau Ruwatan,” ungkapnya.
Ruwahan adalah tradisi yang tua yang sudah ada sejak dulu. Para dewan wali kemudian mengawinkannya dengan ajaran Islam sebagai bulan penyambut Ramadhan.
Tradisi itu kemudian bisa dimaknai sebagai media untuk membersihkan diri, “Manusia itu sendiri adalah makhluk rohani yang berkeduudukan sebagai hamba, kholifah dan kekasih,” katanya.
Ia menegaskan, orang yang menganggap tradisi Ruwahan syirik adalah kalangan yang sangat tidak melek sejarah dan maknanya.
Kegiatan Ruwahan Pondok Pesantren Global tersebut dimulai dengan pembacaan Al-Qur’an seharian (Hataman) oleh para santri. Kemudian doa khotmil Qur’an, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang disusul taushiah oleh Kuswandi, ustad asal Surabaya.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Diana Manzila
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mengungkap 5 Tipe Anak dalam Al-Qur’an
2
Pengumuman Hasil Seleksi Berkas Beasiswa PBNU Maroko 2024
3
Profil Ketua Umum GP Ansor dari Masa ke Masa
4
Aktor dan Sutradara Senior Ini Bangga Jadi Murid Tokoh Lesbumi NU
5
Ketika Mahasiswa UIN Jakarta Pentaskan Drama Nikah Beda Agama
6
PBNU Putuskan Tanazul Jadi Solusi Kurangi Kepadatan Jamaah di Mina
Terkini
Lihat Semua