Daerah

Desa Gribig Ganti Luwur Makam Santri Sunan Kudus

Kamis, 6 November 2014 | 15:28 WIB

Kudus, NU Online
Sudah menjadi tradisi setiap 13 Muharram, warga desa Gribig Gebog Kudus mengganti luwur makam santri Sunan Kudus yang bernama Syech Abdul Basyir (Sunan Kedu), Rabu malam (5/11). Tradisi yang lazim dikenal buka luwur ini berlangsung di komplek makam dan masjid Sunan Kedu yang terletak di dukuh Krajan desa Gribig tersebut.
 <>
Pada tahun ini, buka luwur Sunan Kedu berlangsung penuh syiar. Ratusan warga desa setempat menggelar ragam kegiatan yang berlangsung selama tiga hari Senin-Rabu (3-5/11). Diantaranya, khatmil Qur'an bil ghoib dan bin nadhar, Tahlil umum, kirab luwur dan ziarah massal dan diakhiri penggantian luwur dan pengajian umum bersama KH Mahrus Ali (Jepara)
 
Menurut pengurus Makam Hardi Cahyono, Sunan Kedu merupakan santri Sunan Kudus asal Parakan Temangggung yang diberi tugas berdakwah ajaran Islam di desa Gribig dan sekitarnya. Sosok Sunan Kedu mempunyai sejarah perjuangan yang berarti dalam pengembangan Islam dan pemerintah di wilayah ini.
 
"Berdasarkan penuturan KH Muhammad Yusuf Ainul Yakin dari Grabag, beliau wafat  sekitar tahun 1612 M dan setiap tanggal 13 Syuro kita peringati dengan buka luwur," kata Hardi.
 
Ketua panitia H Ahmad Muklis menambahkan kegiatan buka luwur ini dalam rangka mengenang, menghormati Sunan Kedu dengan harapan mampu meneladani dan memperoleh keberkahan ulama ini.
 
"Disamping itu, mendorong adanya kebersamaan dan gotong-royong serta menyatukan perbedaan umat. Terbukti, tahun ini semua warga bersama-sama seguyub mensukseskan prosesi buka luwur tokoh penyebar agama Islam ini," ujarnya.
 
Warga masyarakat Gribig dan sekitarnya, kata Muklis, sangat menghormati Sunan Kedu yang menjadi sosok penyebar agama Islam. Tidak hanya saat buka luwur, warga selalu ramai menziarahi makamnya setiap hari terutama Kamis sore-Jum'at.
 
Dalam acara puncak pengajian umum Rabu malam, Dai asal Jepara KH Mahrus Ali mengajak selalu mengingat selalu meningkatkan semangat beribadah untuk kepenitngan akhirat. Semangat bekerja itu penting untuk hidup dunia, tetapi saatnya beribadah juga harus tidak kalah semangatnya.

“Intinya, kata dia, mulyo di dunia dan mulyo akhirat," ujarnya di hadapan para  jamaah yang memenuhi masjid At-Taqwa yang satu komplek tempatnya dengan makam Sunan Kedu. (Qomarul Adib/Abdullah Alawi)


Terkait