Tulungagung, NU Online
Ribuan petani di Tulungagung, Jatim, dilanda kesedihan. Ini karena, sedikitnya 916 hektar tanaman padi terancam kekeringan. Bahkan, kini, ratusan petani sudah mulai membabati tanamannya yang dipastikan gagal panen untuk diganti tanaman palawija. Ancaman kekeringan itu terjadi karena debit air irigasi yang diandalkan petani sudah sulit didapatkan lantaran debitnya sangat kecil. Jika akhirnya tanaman padi itu benar-benar puso, kerugian petani ditaksir mencapai 6,41 milyar lebih.
Ancaman kekeringan yang melanda tanaman padi itu terjadi di empat kecamatan. Yaitu, Kecamatan Pakel, Bandung, Campurdarat dan Kalidawir. Kekeringan paling parah kini dirasakan petani di Kecamatan Pakel yang mengandalkan air irigasi dari aliran Sungai Widoro, Trenggalek. Akibat sulitnya air irigasi, saat ini, sekitar 35 hektar tanaman padi di Desa Bono Kecamatan Pakel sudah benar-benar puso. Para petani sudah membabati tanaman padinya yang dipastikan gagal panen itu dengan diganti tanaman palawija jenis jagung.
<>''Mana mungkin tanaman padi ini bisa panen, wong lahannya kering terus karena tak dapat aliran air irigasi. Makanya, lebih baik saya babati dan diganti tanaman jagung,'' ujar Mukilan (50), salah seorang petani di Desa Bono sambil mencangkuli sawahnya yang kini mulai ditanami jagung, Rabu (4/8).
Menurut Mukilan, awalnya, para petani sudah menanami sawahnya dengan tanaman palawija. Namun, karena 2,5 bulan lalu, mendadak dilanda banjir, tanaman palawija itu akhirnya mati. Karena air irigasinya melimpah, petani kemudian berspekulasi dengan bertanam padi. ''Nggak tahunya, sekarang air irigasinya sulit didapatkan,'' kata petani yang lain.
Kepala Desa Bono, Jakat mengatakan, akibat sulit air, kini areal tanaman padi di desanya sudah ada yang benar-benar kekeringan. Ini terjadi di areal persawahan yang lokasinya berada di daerah hilir dari saluran irigasi. ''Sudah puluhan hektar tanaman padi yang akhirnya dimatikan. Di areal tanaman padi itu, sekarang sudah dilakukan replanting (penggantian tanaman) dengan tanaman jagung,'' kata Jakat.
Menurut dia, areal pertanian di desanya mengandalkan air irigasi dari Sungai Widoro, Trenggalek. Saat ini, debit air irigasi sudah mengalami penurunan. Dalam kondisi normal, debit air mencapai 1.500 meter kubik/detik. Namun, kini debit air irigasi Widoro tinggal 350 meter kubik/detik. ''Untuk menyelamatkan tanaman padinya, kini banyak petani yang mengairi sawahnya dengan bantuan mesin diesel penyedot air. Mudah-mudahan dengan cara ini, warga kami masih bisa panen padi,'' ujar Kades Jakat.
Sungai Widoro hulunya berada di Kabupaten Trenggalek. Biasanya lahan seluas 160 hektar itu mendapat jatah air sebanyak 12 jam per minggu. Namun sekarang tinggal 9 jam setiap minggunya. Sehingga banyak lahan yang tidak terairi.
Tanaman padi milik petani yang terancam kekeringan itu, saat ini, rata-rata sudah berumur 40 hari. Untuk merawat tanaman itu, para petani sudah mengeluarkan biaya yang tidak kecil. Diperkirakan, setiap lahan 100 ru (1/7 hektar), petani sudah mengeluarkan biaya hampir Rp 1 juta. ''Kalau akhirnya tenamannya puso, pasti kami sangat susah,'' ujar para petani.
Sebenarnya, untuk meringankan beban warga dalam mengatasi kekurangan air ini, seperti diakui Jakat, Desa Bono telah menerima bantuan berupa pompa air dari PT. Phonska. Dengan kedalaman 8 meter, dari pompa tersebut air berhasil keluar. Meski demikian, hal itu masih belum mampu mencukupi kebutuhan air bagi seluruh areal sawah milik warga.
“Karenanya kami kemudian mengajukan permohonan bantuan pompa air kepada Mantri Pertanian di wilayah Kecamatan Pakel. Namun kita hanya dijanjikan, nyatanya sampai sekarang tidak ada wujudnya. Padahal kebutuhan terhadap pompa air sangat mendesak. Jika tidak segera ditangani, kami khawatir berhektar-hektar tanaman padi akan mengalami kekeringan akibat kesulitan air,” tandas Jakat.
Saat ini, petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pemkab Tulungagung sudah diterjunkan ke lapangan untuk mendata dan memantau areal persawahan yang terancam kekeringan di beberapa kecamatan itu. ''Kami sedang melakukan pendataan di lapangan. Saat ini memang terjadi ancaman kekeringan yang melanda tanaman padi milik petani,'' ujar Ir Suwartono, Kasubdin Sarana dan Prasarana Tanaman Pangan Dinas Pertanian Pemkab Tulungagung yang sedang melakukan peninjauan di areal tanaman padi Desa Bono, Pakel.
Suwartono mengungkapkan, tanaman padi milik petani yang terancam kekeringan yang tersebar di empat Kecamatan itu seluas 916 hektar. Rinciannya, di Kecamatan Pakel tanaman padi yang terancam kekeringan seluas 201 hektar, Kecamatan Bandung 410 hektar, Kecamatan Campurdarat 210 hektar dan Kecamatan Kalidawir seluas 95 hektar.
''Tanaman padi itu masih terancam kekeringan,'' ujar Suwartono. Diungkapkan, jika nantinya areal itu benar-benar kekeringan dan tanama padinya puso, kerugian petani juga sangat besar. Jika setiap hektarnya rata-rata biaya yang sudah dikelurkan petani sekitar Rp 7 juta, menurut perhitungan Suwartono, kerugian petani diperki