Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin sering hadir ke daerah bertemu kiai-kiai, pengurus, dan warga NU. Pertemuan ada yang dikemas dengan ceramah umum atau dialog, kadang berziarah atau hanya silaturahim. Padahal Kiai Ma’ruf usianya tidak muda lagi.
Sebetulnya apa maksud Rais ‘Aam ke daerah?
“Mereka rindu Pengurus Besar. Bahkan mereka sebagian mengatakan, ‘selama ini belum pernah didatangi Rais ‘Aam’. Jadi, ketika saya datang kepada mereka, sudah senang sekali,” jelasnya di gedung PBNU, Jakarta, Senin (2/10).
Menurut dia, dengan didatangi Pengurus Besar, mereka merasa disapa, diorangkan, merasa dihargai.
“Itu satu yang saya temukan,” katanya.
Kemudian dari berbagai dialog Kiai Ma’ruf dengan jama’ah NU di daerah-daerah, ternyata mereka mempunyai semangat yang tinggi di organisasi yang didirikan para kiai di Surabaya 1926 ini. Hanya saja, mereka belum digerakkan oleh pengurus NU sendiri.
Karena itulah, pada tiap kesempatan itu, Kiai Ma’ruf mengajak bahwa NU tidak bisa diserahkan hanya kepada pengurus saja. Pengurus itu sopir, yang punya NU itu ulama. Ulama itu tidak seluruhnya masuk struktural, tapi juga ada yang kultural.
“Nah, yang punya NU itu ulama yang termasuk yang kultural itu,” tegasnya.
Karena itu, lanjutnya, jangan biarkan NU hanya diurus pengurus struktural, tapi para kiai bersama-sama menggerakkan NU seperti yang dilakukan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah dan pendiri NU yang lain.
Kiai Ma’ruf juga menyampaikan kepada mereka bahwa NU itu cirinya berakidah Ahlussunah wal-Jamaah, berikut cara berpikir, amaliyah, gerakan, juga organisasi. Setelah itu, semuanya dikonsolidasi dalam sebuah gerakan.
“Bagaimana organisasi ini dikonsolidasi, direvitalisasi secara jam’iyyah. Karena itu, saya mengajak jama’ah NU menjadi NU jam’iyyah. Ini kita harapkan begitu.”
Untuk tujuan itu, perlu ada gerakan-gerakan yang masif mengajak kiai-kiai NU jama’ah menjadi NU jam’iyah. Kalau itu berhasil NU di Indonesia akan 90 persen.
“Saya ingin menghidupkan apa yang saya sebut dengan semangat NU. Selanjutnya saya serahkan kepada mekanisme organisasi supaya berjalan sebagaimana mestinya,” pungkasnya. (Abdullah Alawi)