Ketua Umum Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan Susilo Bambang Yudhonono (SBY) yang mencalonkan diri sebagai presiden terpaksa memilih Boediono sebagai wakilnya.
Menurut Gus Dur, SBY tidak bisa menolak keinginan pihak International Monetary Fund (IMF) untuk menggandeng Boediono agar bisa mengatur perekonomian Indonesia sesuai dengan keinginan IMF sendiri.<>
”Budiono ini sebenarnya seorang kapitalis tapi terpaksa diterima oleh SBY karena dia dipaksakan oleh IMF. Karena dana moneter internasional itu cari orang yang bisa ngatur ekonomi Indonesia. Nyatanya begitu kog. Oleh karena itu ya ke sana larinya. Saya diceritain orang-orang begitu,” kata Gus Dur dalam acara talkshow radio di Jakarta, Sabtu (30/5).
Ketika ditanya soal isu neoliberalisme dalam pencalonan Boediono Gus Dur tidak memberikan tanggapan langsung. Gus Dur menyatakan, di dunia yang terjangkit globalisasi Indonesia harus memikirkan cara untuk menggabungkan itu, pasar bebas dan kemapuan bangsa sendiri.
”Saya ingin infrastruktur kehidupan kita ini dibiayai oleh modal dalam negeri termasuk pelabuhan, airport dan sebagainya. Nanti kalau sudah jadi semua terserah modal asing mau dipakai seperti apa. Itu pikiran sya,” kata Gus Dur.
Menurut Gus Dur tidak ada satu pun dari tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang pantas dipilih. Para calon tidak mempunyai konsep yang jelas tentang pembangunan Indonesia. Para calon bahkan dinilainya tidak bisa membedakan antara konsep dan slogan politik.
Sementara itu hari ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menentukan nomor urut pacangan calon presiden dan wakilnya. Pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto mendapat nomor urut satu. Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono mendapatkan nomor urut dua dan Jusuf Kalla- Wiranto nomor urut tiga.
Penentuan nomor urut dilakukan dengan mengadakan pengundian di ruang rapat pleno Gedung KPU lantai dua Jakarta di hadapan pimpinan dan anggota KPU serta para calon presiden dan wakil presiden. (nam/sam)