Warta

Langkah Muslimah Inggris Menuju Parlemen

Rabu, 28 April 2010 | 01:53 WIB

London, NU Online
Kesibukan Salma Yaqoob meningkat. Menjelang 6 Mei 2010, perempuan berjilbab ini harus menyambangi konstituennya. Ia dituntut mampu mengelola isu yang bisa menyentuh hati konstituennya agar terpilih menjadi salah satu wakil mereka di parlemen.

Salma merupakan salah satu dari puluhan Muslimah yang bertarung dalam pemilu Inggris nanti. Ia mewakili Respect Party dari daerah pemilihan Birmingham. Salma mengungkapkan, ia kini dikelilingi laki-laki yang menjalankan usaha kecil yang limbung dihantam resesi.<>

Menurut Salma, resesi sangat dirasakan oleh para pengusaha kecil di Birmingham. Ia menuntut agar bank mau berbaik hati untuk memberikan talangan dana agar mereka bisa meneruskan usahanya. "Pekerjaan juga menjadi hal serius," katanya seperti dikutip Guardian, belum lama ini.

Ia mengungkapkan, isu-isu yang diusung, bahkan dalam pemilu nasional merupakan isu lokal. Di antaranya pekerjaan, sekolah, perilaku antisosial, polisi, dan perumahan. Perang Irak dan Afghanis tan terkadang juga muncul. Namun, masalah ekonomi kini yang lebih mendesak untuk diusung.

Salma mengakui sejumlah orang melayangkan kritik terhadap dirinya karena ia seorang perempuan. Namun sekarang, mereka yang semula menentang perempuan berlaga dalam pemilu menyatakan dirinya adalah kandidat yang pantas untuk dipilih. Ia pun diundang ke sejumlah masjid untuk berbicara.

Perubahan ini paling tidak juga diungkapkan oleh Maqsood Bibi. Ia mengatakan, kini perempuan bisa menentukan pilihannya sendiri. "Generasi saya menjalani kehidupan tradisional dan Anda akan mendengarkan kata suami siapa yang akan dipilih," tutur dia.

Namun sekarang, ujar Bibi, anak-anak perempuannya telah memiliki pandangan berbeda. Ia menambahkan, sangat bagus bagi seorang perempuan terjun ke ranah politik untuk mengimbangi dominasi laki-laki.

"Tuhan memberikan hak yang sama pada perempuan. Jadi, tak ada salahnya perempuan menjadi anggota parlemen," ujar dia. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gulshan Begum. "Saya hidup dalam sebuah generasi di mana perempuan kebanyakan buta huruf. Sekarang kami membutuhkan perempuan di tampuk kekuasaan untuk mendukung kami," kata Gulsham.

Lebih lanjut Salma mengungkapkan, bukan hanya persaingan antarkandidat yang harus ia menangkan. Ia pun harus menghadapi serangkaian pertanyaan mengenai keyakinannya. Ia mengakui, sejumlah pemilih non-Muslim merasa terancam dengan keberadaannya sebagai seorang Muslimah.

Menurut Salma, ada langkah-langkah yang harus ia tempuh untuk meyakinkan orang lain terkait agamanya itu, Islam. Pertama, ia harus meyakin kan bahwa dirinya tak mendukung terorisme. Kedua, dia adalah warga Inggris dan tak hanya melakukan lobi untuk kepentingan umat Islam.

Salma pun harus sabar, menghadapi sikap soal jilbab yang ia kenakan. Ia masih mendengar pernyataan bahwa jilbab merupakan sebuah simbol penindasan atas perempuan. "Saya mencoba untuk menjalin kepercayaan dengan mereka melalui dialog," ungkapnya. (ful)


Terkait