Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sangat menyesalkan perusakan kantornya di Jalan Salemba Tengah 57 A, Jakarta Pusat, Selasa (18/3) kemarin, yang dilakukan anggotanya sendiri. Aksi tersebut telah mencoreng nama baik organisasi.
”Aksi mereka tak hanya mencoreng nama baik PMII, tapi juga NU (Nahdlatul Ulama). Jika mereka dewasa dan mampu mengendalikan diri, kejadian tersebut tak akan terjadi,” ujar Ketua Umum PB PMII Hery Haryanto Azumi di Batam, Kepulauan Riau, melalui siaran pers yang diterima NU Online, Rabu (19/3).<>
Hery menegaskan, tindakan brutal yang dilakukan oknum tertentu itu tidak mencerminkan kepribadian sebagai kader PMII. Pasalnya, organisasi berbasis mahasiswa NU itu tak pernah mengajarkan kekerasan pada kadernya. ”Dalam pengkaderan PMII, tak ada ajaran kekerasan,” pungkasnya.
Hery menyatakan bahwa pihaknya dan panitia pelaksana tak bertanggung jawab atas sejumlah kader yang tertahan di Jakarta dan tak bisa berangkat ke arena Kongres ke-16 itu digelar. Pasalnya, kata dia, seluruh peserta yang kini telah berada di arena kongres berangkat atas biaya sendiri.
“Masalah yang sebenarnya bukan pada sulitnya pembiayaan, tapi habisnya tiket pesawat dari Jakarta ke Batam dalam beberapa hari ini,” terang Hery.
Perusakan kantor PB PMII terjadi karena sejumlah peserta kongres yang tertahan di Jakarta kecewa dan marah pada panitia karena merasa ditelantarkan. Mereka mengamuk dan merusak kantor tersebut.
Sebagian dari mereka yang merupakan peserta kongres utusan dari sejumlah pengurus cabang PMII se-Sulawesi Selatan, Ambon dan Maluku tersebut, memecahkan kaca jendela dan pintu kantor. Aksi kalap mereka juga menyasar seluruh perabotan kantor, di antaranya, meja, kursi, dua buah pesawat televisi.
Tak hanya itu. Seperangkat kursi sofa yang berada di ruang tamu kantor berlantai dua itu pun jadi sasaran. Mereka melempar kursi tersebut keluar kantor kemudian dibakar. Tak ada yang mengendalikan sehingga api semakin berkobar. Beruntung api tersebut tak meluas hingga keluar area kantor yang berdampingan dengan rumah warga sekitar itu. (rif)