Sederet nama beken wasit sepak bola dunia, sebut saja Pierluigi Collina (Italia), Phil Sharp (Inggris) David Arnaldo Coelho Cézar (Brasil) Arthur Edward Ellis (Inggris), Said Belqola (Maroko) dan lainnya. Nama terakhir ini adalah satu-satunya wasit Muslim yang pernah memimpin final piala dunia tahun 1998, antara tuan rumah Prancis melawan Brasil.
Perancis unggul 3-0 berkat dua sundulan Zinedine Zidane dan satu gol lainnya disumbangkan Emannuel Petit. Sukses Belqola menjadi wasit sepak bola dunia membuat Raja Hassan II dan rakyat Maroko pantas berbangga. Bahkan rasa bangga tersebut juga dirasakan bangsa Arab dan negara Muslim lainnya. Selain itu, Belqola juga tercatat sebagai wasit pertama asal Afrika yang memimpin final piala dunia. Harian Alwathon Saudi Arabia menobatkanya sebagai wasit terbaik Arab tahun 1999.
t;
Said Belqola lahir 30 Agustus 1956 di kota kecil Maroko, Tiflet dan wafat pada tanggal 15 Juni 2002. Setelah berhasil meraih gelar sarjana, Belqola bekerja sebagai pengawas pada Dinas Perpajakkan di kota Meknes. Mulai tahun 1983 aktif sebagai wasit di daury sepakbola Maroko. Tahun 1993 dia meraih sertifikat wasit FIFA, dan untuk pertama kali dia memimpin pertandinggan internasional pada Champion Afrika, antara Club dari Ghana dan Senegal.
Selain memimpin final piala dunia tahun 1998, dan pada tahun yang sama dia menjadi wasit utama dalam final piala Afrika di Burkina Faso, antara skuad Mesir dan Afrika Selatan. Saat itu, 'the Pharaohs' menang 2-0. Salah satu gol tercipta lewat Ahmad Hassan yang saat piala Afrika baru lalu dipercaya sebagai kapten tim.
Bagi Said Belqola yang telah memimpin 90 kali pertandingan internasional, pengalaman paling berkesan sebagai wasit adalah pada saat memimpin final piala dunia tahun 1998 di stadiun de la Beaujoire. Bisa jadi terpilihnya Belqola menjadi wasit utama pada final piala dunia di Prancis tersebut setelah dirinya sukses memimpin dua pertandingan Jerman-AS dan Argentina-Kroasia. Dalam memimpin dua pertandingan itu, kemampuan dan ketelatenan Belqola sangat tampak, di mana keputusan sulit dapat dia lakukan dengan hikmah dan tepat sebagaimana wasit sepak bola besar lainnya.
Usai piala dunia itu, Belqola langsung dikontrak Japan Football Association (JFA), untuk memimpin sebagian pertandingan liga sepakbola Jepang. Namun kondisi sulit di lapangan mengakibatkan dia sakit. Sejak tahun 2000 Belqola terserang penyakit kanker dan pada usia 45 tahun, Belqola yang memiliki tiga anak akhirnya meninggal dunia di Rabat tahun 2002.
Kesuksesan Belqola menjadi wasit sepak bola senantiasa dikenang indah di benua Afrika dan Timur Tengah, terutama setiap saat menjelang piala dunia. Keberhasilan Belqola tersebut dijadikan pemacu bagi para wasit Maroko. Federation Royale Marocaine de Football (FRMF), dan para pegiat olah raga Maroko mendirikan sekolah khusus wasit di kota Tiflet dengan mengabadikan nama almarhum Said Belqola dan Raja Hassan II.
Sekolah tersebut dikelola oleh para wasit sepak bola internasional Maroko, antara lain Mohamed El Kazaz, Mostofha Mazouz, dan Driss El Zokari. Selain Said Belqola dalam sejarah piala dunia, terdapat juga asisten wasit Muslim asal Azerbaijan yang terkenal karena keputusan kontroversial dari gol di final Piala Dunia 1966 antara Inggris dan Jerman Barat. Dia adalah Tofik Bakhramov. (syf)