Daerah

Fatayat NU Kudus: Perempuan itu Sosok Istimewa

Ahad, 22 April 2012 | 05:08 WIB

Kudus, NU Online
Kaum perempuan adalah sosok istimewa yang memiliki potensi luar biasa. Dirinya mampu berdiri melawan ketidakadilan dan tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.<>

"Kaum perempuan juga siap berkorban terhadap orang yang dicintainya dan keluarganya. Cuma ada satu kekurangan dalam diri wanita yakni dia lupa kalau dirinya berharga." kata Ketua Pengurus Cabang Fatayat NU Kudus Karyati Inayah dalam acara seminar Hari Kartini yang diselenggarakan PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Gebog Kudus, Jum'at (20/4).

Dalam acara di MI Nahdlatul Ulama desa Gribig itu, selain Karyati, hadir juga sebagai pembicara Camat Gebog Djati Sholichah  dan Kapolsek Gebog Rokhana Sulistyaningrum,SH.  
Dengan gaya naratif, Karyati menuturkan wanita memiliki kekuatan mempesona dan mampu mengatasi beban melebihi kaum laki-laki. Wanita mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.

"Dia mampu tersenyum di saat hatinya menjerit dan mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu bahkan tertawa di saat ketakutan,"katanya.

Kehebatan sosok perempuan, kata Karyati, tertuang adanya surat dalam Al Qur'an yang membahas secara khusus masalah wanita yakni Surat An-Nisa. Bahkan Surat Al Qur'an yang lain juga terdapat ayat-ayat membicarakan kaum perempuan tersebut.

"Bahkan ada sosok sufi perempuan yang telah mencapai tingkatan hubbu menyatakan, Andaikan Allah memasukkanku ke dalam neraka, maka aku siap dan rela,"imbuh Guru SMK NU Hasyim Asy'ari 2 Kudus mengutip pernyataan seorang tokoh sufi.

Sementara, wanita dalam pandangan Camat Gebog Djati solichah dan Kapolsek Gebog Rokhana Suliostianingrum diibaratkan sosok yang mampu berperan tidak hanya dalam keluarga melainkan juga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Saat session dialog, Karyati Inayah menanggapi pertanyaan peserta terkait aktifitas wanita dalam budaya Jawa cenderung dikenal istilah "sumur, kasur dan dapur”. Menurut dia,perempuan itu akan menjadi ibu dan ibu adalah sekolah utama bagi anak. Ibu akan menentukan kualitas bagi anak-anaknya. 

"Tidak perlu khawatir karena sosok ibu itu memang harus pintar. Tidak apa-apa sekolahnya tinggi sampai S-3 tetapi  hanya menjadi ibu rumah tangga. Ilmunya masih tetap manfaat," tegasnya lagi.

Ilmu,ujar Karyati, tidak hanya diperoleh melalui lembaga pendidikan sekolah saja namun bisa dimana saja. "Jika perempuan mau memanfaatkan kesempatan yang diberikan maka ia mampu merubah dunia,"jelas alumnus Undip Semarang.

Sebagai salah satu bentuk peran wanita, Djati Sholichah menegaskan pentingnya rasa bangga dan tidak melupakan budaya sendiri. Penguatan jati diri itu sangat penting, karena itu membuktikan bahwa kita bangga memiliki budaya tersebut. 

"Budaya Jepang yang saat terjadi Gempa mereka masih tetap tolong menolong, tidak mengeluh, dan tetap antri,” tambah camat Gebog itu mencontohkan.

Di akhir acara seminar yang dihadiri ratusan pelajar NU se Kecamatan gebog itu,para nara sumber memberi motivasi untuk selalu percaya diri dalam belajar maupun mencari ilmu.

"Jangan pantang menyerah, jangan surut menuntut ilmu. Semangat Kartini, semangat perempuan Indonesia,” pungkas Karyati yang disambut applaus peserta seminar. 


Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Noviana Uchtiya Zulfa-Qomarul Adib