Sebagai sosok idaman, seorang ibu harus mampu menunjukan jatidirinya. Dalam artian, tidak menaruh dirinya pada posisi tawar yang lemah. Meskipun secara kodrati wanita sebagai kaum yang lemah namun ketika menjadi seorang ibu harus kuat.
“Ibu yang kuat itu, ya... Ibu yang berkualitas,” ujar Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Tegal Dra H Nurhasanah usai memimpin pertemuan rutin Pengurus Cabang dengan Anak Cabang di gedung NU ahad (6/12).<>
Dia mencontohkan, sosok pahlawan emansipasi RA Kartini sebagai Ibu yang kuat. Meskipun dengan keterbatasan dan kungkungan budaya kolot namun mampu berperan membawa perubahan. Sosok Kartini berhasil menerobos tembok tradisi dengan emansipasi melalui jalur pendidikan. Kartini kuat karena memiliki semangat memperjuangkan harkat dan martabat seorang perempuan.”Fatayat tak segan untuk mengambil ruh perjuangan Kartini dalam pergerakannya,” ucapnya.
Kata Nurhasanah, untuk menguatkan harkat dan martabat anggota Fatayat, tetap konsisten memberdayakan perekonomian, kesehatan dan pendidikan anggota. Ketiga bidang garapan tersebut, tiada lain untuk mengangkat harkat dan martabat seorang ibu fatayat. “Fatayat yang mayoritas anggotanya ibu-ibu muda, harus mengambil peran pada tiga bidang pokok tersebut,” ungkapnya.
Yang dilakukan, lanjutnya, tidaklah perlu muluk-muluk. Sebagai contoh, Anggota fatayat memanfaatkan pekarangan rumahnya dengan ditanami obat keluarga (toga). Dari langkah kecil ini, terbukti PAC Fatayat Slawi mampu memproduksi Sirup Jahe dan Jahe Serbuk.
Hal senada disampaikan Ketua Seksi Bidang Dakwah PC Fatayat NU Tegal Baeti Rizqoh SAg, bahwa seorang Ibu harus sehat jasmani dan rohaninya. Sehat jasmani dengan mengomsumsi makanan yang bergizi. Sehat rohani dengan menjalankan titah Illahi dan Nabi serta Kiai.
Menjelang Tahun Baru Hijriyah, dia berpesan agar seorang Ibu menjadi penuntun awal dalam berhijrah. Bila Ibu kuat maka negarapun kuat. Ambruknya negara, tidak terlepas dari 'ulah' ibu yang 'kropos'.
Baeti Rizqoh mengajak, dalam berhijrah harus tuntas. Yakni hijrah religius, hijrah kultural, hijrah sosial dan hijrah karakter. Keempat hijrah tersebut, perlu dilakukan saat ini juga tak harus menunggu waktu. “Bila hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka kita hakekatnya sudah berhijrah,” tandasnya.
Dalam pertemuan tersebut, diisi dengan demo tata cara membuat sirup jahe dan jahe serbuk oleh Nok Farkhatun dari PAC Slawi. Juga digelar penyuluhan kesehatan yang dibimbing oleh Yayat Supriatna dari Yayasan Peduli Kangker Indonesia. (Was)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
4
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
Terkini
Lihat Semua