Jakarta, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menolak politisasi agama menjelang Pemilu April mendatang dan mendukung gerakan antiradikalisasi di masjid, demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Hal ini diungkapkan Daud Azhari alias Daud Gerung, Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Jakarta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), ketika berbicara kepada wartawan saat acara Jumpa Pers terkait pelepasan rombongan Pengurus Koordinator Cabang Jakarta di pelataran Tugu Proklamasi, Jumat (22/02).
"Itu tidak dibenarkan [politisasi agama, red.]. Kami selalu mengedepankan persatuan, kesatuan sebagai anak bangsa. Kami sangat menolak politisasi agama yang dilakukan oleh oknum atau pihak tertentu," ujar Daud Gerung kepada wartawan.
Daud Gerung juga mengingatkan bahaya radikalisasi di kampus-kampus, maupun masjid, dan mengajak umat Islam untuk mengaktualisasikan Islam rahmatan lil 'alamin, yakni Islam autentik yang pernah diteladankan Nabi Muhammad SAW.
"Doktrin yang paling berat, utamanya itu yang mereka lakukan dengan tawaran Islam cepat dan gimana cara masuk surga dengan cepat," ujar Daud.
PMII sendiri sejatinya mendefinisikan diri sebagai organisasi yang interdependensi terkait dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama.
"Kita tidak terkait secara struktur tapi iya [terkait] secara kultur," kata Daud.
PMII, menurut Daud mempunyai mazhab Ahlus-Sunnah wal Jama'ah, yakni ajaran yang menjalankan sunnah (Rasulullah SAW) dengan penekanan pada peneladanan peri kehidupan Rasulullah.
Sebagai informasi, sekitar 90 persen umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni.
"Kita ingin menjaga kesatuan Indonesia sangat tinggi, terlebih lagi kita Ahlusunnah wal Jamaah dengan mengajarkan atau memberikan pemahaman keislaman yang sesuai dengan jati diri kita bangsa Indonesia," kata Daud.
PMII PKC Jakarta pada Jumat siang melepas puluhan anggota dan pengurusnya yang akan bertolak ke Boyolali, Jawa Tengah, untuk mensukseskan agenda Musyawarah Pimpinan Nasional organisasi kemahasiswaan yang berdiri sejak tahun 1960 ini. (Red: Abdullah Alawi)