Daerah

Keunggulan PCNU Sidoarjo Layak Jadi Percontohan

Jum, 24 Oktober 2014 | 05:04 WIB

Sidoarjo, NU Online
Pengurus Cabang Nahdluatul Ulama (PCNU) Sidoarjo memiliki sejumlah kelebihan dibanding sebagian besar PCNU di Indonesia. Keunggulan terletak terutama di bidang sertifikasi aset tanah, pendidikan, penerbitan Kartanu, dan bimbingan haji.
<>
Hal ini yang menjadikan PCNU Sidoarjo dinobatkan sebagai cabang terbaik di Jawa Timur, disusul PCNU Gresik dan PCNU Bangil, berdasarkan kualifikasi yang digelar Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, 2012 lalu.

Sertifikasi Aset
PCNU Sidoarjo telah berhasil melakukan penegasan administratif terhadap lebih dari 2.000 tanah wakaf yang semula atas nama yayasan atau perorangan menjadi atas nama nazir Perkumpulan Nahdlatul Ulama. Di atas tanah tersebut berdiri masjid, mushola, madrasah, pesantren, rumah sakit, balai pengobatan, dan panti asuhan.

"Selama belum bernazir NU, aset NU punya kemungkinan 'bubar' di kemudian hari jika yayasan itu sudah tidak ada atau orangnya meninggal," kata Wakil Katib Syuriah PCNU Sidoarjo KH M Sholeh Qosim yang 2011 lalu menerima penghargaan PBNU atas jasanya menyertifikasi 1.316 tanah wakaf NU, Kamis (23/10), di kediamannya, Sidoarjo.

Sekretaris Pengurus Cabang Lembaga Ta'mir Masjid NU (LTMNU) Sidoarjo Ustadz Aris Karomi mengatakan, konsekuensi dari sertifikasi bernazir NU itu adalah seluruh pengurus dan kebijakan terkait pengelolaan aset mesti dilantik atau direstui oleh PCNU. "Langkah ini relatif aman untuk menghindari konflik dengan ormas lain, juga (menghindari) kemungkinan aset menjadi agunan pinjaman di bank," katanya.

Pendidikan
Data PCNU Sidoarjo menyebutkan, kini Lembaga Pendidikan Ma'arif telah membawahi  375 sekolah/madrasah dengan rincian 230 SD/MI, 54 MTs, 38 SMP, 17 MA, 12 SMA, dan 24 SMK. Satu MI miliki NU di Sidoarjo bertaraf internasional.

Tahun 2014, daerah korban luapan lumpur Lapindo ini juga sukses memulai perkuliahan angkatan perdana Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNU Sida) dengan 186 mahasiswa.

Pembuatan Kartanu
Sekitar 220.000 warga NU Sidoarjo memiliki kartu tanda anggota NU (Kartanu). Jumlah ini tergolong kecil dibandingkan jumlah warga NU di Sidoarjo yang mayoritas. Tapi, angka tersebut merupakan paling besar di antara jumlah pencetakan Kartanu oleh PCNU-PCNU di Indonesia.

Menurut Aris, capaian itu dikarenakan pihaknya terus bergerak terus ke Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU), lebih dari durasi pembuatan Kartanu yang dijadwalkan secara massal oleh  PWNU Jatim.

Kartanu, lanjut pengasuh Pesantren Al-Kholil Jetis ini, di antaranya bermanfaat untuk mendapat potongan harga di Rumah Sakit Siti Hajar milik NU. Para pelamar kerja di rumah sakit tersebut juga disyaratkan memiliki Kartanu, termasuk para guru di LP Ma'arif NU.
"Calon mahasiswa UNU Sida pemilik Kartanu juga bebas biaya pendaftaran Rp 150.000. Padahal pembuatan Kartanu cuma 8.000," ujarnya.

KBIH
Kelompok Bimbingan Haji (KBIH) Rohmatul Ummah an-Nahdliyah tahun menorehkan prestasi. KBIH milik PCNU Sidoarjo ini berhasil memberangkatkan sebanyak satu kloter plus satu regu atau sekitar 500 calon jamaah haji.

"Di Indonesia cuma KBIH Rohmatul Ummah yang bisa begitu pada pemberangkatan (haji) kemarin," tambah Aris.

KBIH Rohmatul Ummah an-Nahdliyah merupakan KBIH pertama berdiri di Sidoarjo. Tahun ini, salain dari Sidoarjo sendiri, calon jamaah haji juga datang dari luar, seperti Lamongan, bahkan Bali.

Lembaga Ekonomi Stagnan
Meski punya kelebihan, PCNU Sidoarjo menyadari akan beberapa elemen organisasinya yang tak bergerak maksimal, di antaranya Lembaga Perekonomian NU (LPNU) dan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah NU (LAZISNU).

Kedua lembaga pemberdayaan ekononi ini dinilai belum menggarap potensi ekonomi strategis di Sidoarjo. "Padahal Sidoarjo itu lumbung padi, penghasil udang hingga ekspor, industri krupuk, perajin tas, dan lain-lain. Belum lagi di sektor jasa. Itu kebanyakan orang NU, tapi organisasi belum menggarapnya," tuturnya.

Diakui, stagnasi juga dialami Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi). Kegiatan-
kegiatan kebudayaan lebih banyak di prakarsai badan otonom NU, seperti IPNU-IPPNU dan GP Ansor. (Mahbib  Khoiron)