Daerah

Kongres XV Diharapkan Hidupkan Kembali Pandu Ansor

Jum, 27 November 2015 | 01:30 WIB

Jombang, NU Online
Sebagai organisasi kaderisasi kepemudaan, Gerakan Pemuda (GP) Ansor hendaknya sudah memperhatikan dan menilai sistem kaderisasi yang berjalan sampai saat ini untuk menata keberlangsungan sistem dan konsep kaderisasi yang merata, seragam dan inklusif.
<>
Momentum Kongres XV Gerakan Pemuda Ansor di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, 25-27 November menjadi proses untuk menyempurnakan sistem kaderisasi Ansor tersebut. Terlebih lagi kader Ansor yang sudah tua enggan meneruskan pengabdiannya ke NU karena faktor usia.

Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Jombang mengatakan, kondisi demikian seharusnya menjadi perhatian dan pembahasan yang serius dikalangan pemuda Ansor saat kongres demi menata kaderisasi Ansor lebih maju dan sesuai dengan kebutuhan zaman. "Kesenjanga ini tidak boleh dibiarkan berlarut untuk selanjutnya, kongres ini menjadi momen mebincangkan kondisi ini denga maksimal," katanya kepada NU Online, Rabu (25/11).

Ia mengungkapkan, setidaknya dengan memahami dan membedah sejarah organisasi kepanduan Ansor bisa membuka wacana-wacana dan sikap strategis untuk menyelesaikan kondisi demikian. "Pandu Ansor dapat menjawab permasalahan kaderisasi di tubuh Ansor, selama ini banyak kader Ansor yang apatis dalam organisasi kepanduan," tegasnya.

Gus Antok, sapaan akrabnya, menjelaskan pada tahun 1924 berawal dari KH Abdul Wahab Chasbullah dan Abdullah Ubaid merintis organisasi kepemudaan syubbanul wathan (Pandu Tanah Air) dan ahlul wathan. Dua organisasai ini yang menjadi cikal bakal berdirinya GP Ansor dan Banser dalam sejarahnya.

Kelanjutan organisasi ini, lanjut Gus Antok sampai pada masalah-masalah Barisan Ansor Sebaguna (Banser) yang menitikberatkan pada aspek kebangsaan dan pembelaan tanah air.

"Momen yang paling diingat beberapa anggota pandu Ansor hingga sekarang saat mereka menjadi salah satu perwakilan kontingen Pandu Indonesia untuk dikirim mengikuti Jambore Pandu dunia ke-10 di Makiling, Los Banos Filipina tahun 1959," tuturnya.

Organisasi kepanduan semacam ini rata-rata diikuti oleh kader yang berusia 18-25 tahun. Pada kelompok kader atau anggota usia di atas 25 tahun dapat tersebar dalam setruktural Ansor atau Banser di semua tingkatan. "Makanya pandu Ansor yang seperti ini perlu dihidupkan kembali untuk menata kaderisasi yang lebih baik lagi," paparnya. (Syamsul/Mahbib)