Pesantren Badridduja Adopsi Pendidikan Formal
NU Online · Rabu, 18 September 2013 | 10:02 WIB
Probolinggo, NU Online
Sebagai pendiri pesantren Badridduja di Dusun Karang Juwet Kelurahan Kraksaan Wetan Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur KH Badri Mashduqi terus melakukan pembenahan dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan formal pun diadopsi.
<>
Pada tahun 1969, pesantrennya mendirikan TK Raudlatul Athfal. Disusul kemudian pendirian Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tahun 1970. Pada tahun 1972, Kiai Badri mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Selanjutnya pada tahun 1982, pesantren itu mendirikan Madrasah Aliyah (MA).
Setelah pendidikan formal dibuka, santri yang datang untuk menimba ilmu tidak hanya warga lokal, tetapi juga dari Malaysia dan Singapura. Menurut pengurus Pesantren Badridduja Saifullah (35 tahun), didirikannya sekolah formal agar santri bisa mewarnai kehidupan di masyarakat.
“Kiai Badri tidak menolak perkembangan zaman. Makanya beliau mendirikan pendidikan formal,” terangnya.
Saifullah yang juga menulis buku “KH Badri Mashduqi, Kiprah dan Keteladanan” mengatakan santri Pesantren Badridduja banyak yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Meski sekolah di pendidikan formal diwajibkan, para santri juga mampu menguasai baca kitab kuning dan disiplin ilmu keagamaan seperti ilmu fiqh, nahwu, tasawuf, dan tauhid.
Pada tahun 1985, Kiai Badri mendirikan Madrasah Asas Lil Ulumil Islamiyah dengan sistem jenjang hingga kelas enam. Pelajarannya ditekankan pada penguasaan ilmu fiqh meliputi pengajaran Kitab Fathul Qorib, Fathul Mu’in serta Fathul Wahab.
Ilmu Nahwu-Shorof seperti Kitab Alfiyah Ibnu Malik, Imrithi, Mutammimah dan Ibnu Aqil. Ilmu Tauhid meliputi Jawahirul Maknun dan Kitab Uqudul Juman serta Ilmu Tasawuf meliputi Kitab Bidayatul Hidayah, Minhajul Abidin, dan Kitab Idhatul Mubham.
Santri yang lulus di madrasah Asas Lil Ulumil Islamiyah, tambah Saifullah, akan mendapatkan tugas membimbing santri baru dan yunior.
Diakui Saifullah, agar lulusan madrasah Asas Lil Ulumil Islamiyah mampu diandalkan, Kiai Badri langsung mengajar santri-santrinya. Setelah Kiai Badri wafat, pendirian sekolah formal tidak lantas berhenti. Penerusnya, KH. Tauhidillah Badri (40 tahun) membangun sekolah formal SMP pada tahun 2013. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
4
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
5
Khutbah Jumat: Menolong Sesama di Tengah Bencana
6
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
Terkini
Lihat Semua