Daerah

PMII Perlu Teladani Pergerakan Rasulullah, Seperti Apa?

Sen, 18 April 2016 | 11:02 WIB

Pacitan, NU Online
Katib Syuriyah PBNU KH Luqman Harits Dimyathi mengatakan, semangat pergerakan yang dilakukan oleh PMII perlu mencontoh nilai-nilai pergerakan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah, yakni berhijrah (berpindah) dari ketidakadilan menuju terciptanya keadilan.

“Sebab pergerakan mahasiswa berkehendak untuk mendapatkan keadilan, memberikan advokasi kepada seluruh masyarakat. PMII lahir karena itu, bergerak untuk menegakkan sebuah keadilan,” katanya dalam acara tasyakuran hari lahir (Harlah) ke-56 PMII di Gedung MUI Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Ahad (17/4).

Dikatakan Gus Luqman, Harlah PMII yang tahun ini bersamaan dengan bulan Rajab harus menjadi spirit bagi kalangan mahasiswa nahdliyin untuk lebih matang dalam berorganisasi. Semangat Mi’raj (Perjalanan nabi pada malam hari menuju ke langit) harus menjadi ruh pergerakan PMII. Sebab dalam konteks keadilan, katanya, terjadinya mi’raj merupakan wujud sifat adilnya Allah kepada langit atas keinginanya untuk dipertemukan dengan Rasulullah seperti layaknya bumi yang ditinggali oleh Rasulullah.

“Kita mengajak PMII untuk bermi’raj, bukan isra’ lagi. Yakni menegakkan keadilan di nusantara ini, tentunya dibarengi dengan cara berorganisasi yang matang” ujar pengasuh Pesantren Tremas itu.

Di usianya yang ke-56 ini, PMII diminta terus menjadi organisasi pergerakan yang kritis dalam mengawal aspirasi masyarakat. Sebab, bentuk keadilan di Indonesia saat ini belum sepenuhnya ditegakkan.

“PMII Pacitan walaupun secara kuantitas belum cukup besar, namun harus solid dan bisa memenangkan serta mengalahkan yang besar yang berantakan. Seperti halnya cabe rawit, kecil namun menggigit. Disegani oleh banyak orang,” pungkasnya.

Tasyakuran Harlah PMII yang digelar dengan sederhana ini diisi dengan pembacaan tahlil yang ditujukan untuk Muassis (para pendiri) PMII, dilanjutkan dengan pemotongan nasi tumpeng oleh KH Luqman Harits yang diberikan kepada Ketua PMII Pacitan Sapto Pitoyo. Acara diakhiri dengan pembacaan doa oleh KH Abdullah Sadjad. (Zaenal Faizin/Fathoni)