Daerah

Raden Santri Wijaya Kusuma, Tokoh Keramat Penyebar Islam di Bogor

Sen, 15 Juni 2015 | 21:01 WIB

Bogor, NU Online
Menyambut Ramadhan 1436 H, ratusan warga Nahdliyin Bogor menggelar khataman Al-Qur’an dan haul Raden Santri Wijaya Kusuma, di area pemakaman Keramat Pasarean, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Sabtu (13/6).
<>
Ketua Panitia Haul Raden Santri Wijaya Kusuma, Ahmad Fahir di Bogor, Ahad (14/6) mengatakan, rangkaian haul tokoh penyebar Islam di wilayah utara Bogor tersebut diisi dengan khataman Al-Qur’an, pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qodir Jailani, Tahlil, dan Tawassul ke raja Pajajaran Prabu Siliwangi, para pemimpin terkemuka di Tatar Sunda, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ary, para tokoh NU dan ulama penyebar Islam Nusantara.

Kegiatan ini diakhiri dengan cucurak, yaitu makan-makan bersama pada siang hari, sebagai tradisi warga Bogor dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Selain diikuti para “teureuh” alias keturunan Raden Santri Wijaya Kusuma, haul tersebut melibatkan puluhan siswa SMP/SMA/SMK Ma’arif Nahdlatul Ulama Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor serta anak didik dari berbagai majelis taklim di Desa Bojong, Kecamatan Kemang.

Menurut Fahir, haul digagas untuk mengenang kiprah perjuangan dan mendoakan mendiang Raden Santri Wijaya Kusuma. Saat hidup, pada akhir abad ke-20, ia dikenal sebagai sosok tokoh penyebar Islam berpengaruh di wilayah Bogor, antara lain Kecamatan Kemang, Rancabungur, Parung dan Ciseeng.

Amil Ahong, sesepuh Desa Bojong mengatakan, sosok Wijaya Kusuma dikenal sebagai tokoh Sunda yang nyantri. Makanya ia dijuluki Raden Santri. Sedangkan panggilan Raden sebagai tanda bangsawan Sunda keturunan Kerajaan Pajajaran.

“Menurut kisah orang tua kami, Raden Santri Wijaya Kusuma merupakan keturunan Batutulis, Bogor. Makam ini dirawat secata turun temurun oleh ahli waris,” ujar Ahong.

Ketua RW 01 Desa Bojong, Izul mengungkapkan, makam tersebut dikeramatkan oleh masyarakat. Pada malam jumat atau hari-hari tertentu makam ini ramai diziarahi. Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari sekitar Bogor. Namun banyak yang berasal dari luar Bogor, bahkan dari Sumatera.

Mang Mamad, juru kunci makam Raden Santri Wijaya Kusuma menambahkan, makam ini terbilang unik, karena terdapat gundukan tanah tinggi di atas makam. Gundukan tanah tersebut pernah beberapa kali diratakan, tetapi tanahnya kembali seperti gunung.

Keanehan lainnya, lanjut Mamad, saung makam tidak boleh menggunakan genteng. Pernah dipasang genteng beberapa kali, namun selalu ada yang menurunkan secara misterius. Raden Santri diyakini lebih suka saung makam menggunakan “hateup” alias sejenis genteng yang terbuat dari daun kiray agar terlihat sejuk dan bernuasnsa Sunda.

“Semasa hidupnya Abah Santri dikenal sebagai sosok penyebar Islam yang peduli pada budaya Sunda,” papar Mamad.

Kiai Ace Najihuddin, pengurus MUI Kecamatan Kemang menuturkan, kegiatan haul perdana yang diprakarsai oleh ahli waris Raden Santri Wijaya Kusuma sebagai tradisi yang baik yang patut dipertahankan.

“Haul bertujuan mendoakan para ahli kubur agar iman dan amal sholehnya diterima Allah SWT. Selain itu haul juga mengingatkan bahwa kita semua pasti akan mati. Menunggu giliran mati cepat atau lambat. Karenanya harus menyiapkan diri dengan bekal taqwa,” tegasnya. (Red: Mahbib)