Daerah

Walikota Pekalongan Wajibkan ASN Pakai Sarung Batik

Ahad, 1 April 2018 | 12:00 WIB

Pekalongan, NU Online
Walikota Pekalongan HM Saelany Mahfudz mewajibkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kantor Pemerintah (Pemkot) Pekalongan menggunakan sarung batik dalam berkantor.

Kewajiban bersarung batik dilakukan setiap Jum'at minggu keempat berlaku bagi karyawan laki-laki, sedangkan karyawan perempuan menggunakan rok panjang dengan motif yang sama.

Pencanangan wajib bersarung batik bertepatan dengan momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-112 Kota Pekalongan. Beragam sarung batik akan ditampilkan dalam Festival Sarung Batik pada Kirab Budaya ditampilkan pada kirab dan pawai budaya, Ahad (1/4).

Saelany Machfudz mengemukakan, sejumlah kegiatan akan diselenggarakan dalam rangkaian peringatan HUT Ke- 112 Kota Pekalongan meliputi khataman Alquran, potong tumpeng dan pentas seni di empat kecamatan, istighotsah serta kirab budaya. 

Dia menyebutkan, setelah khataman Alquran pada 30 Maret 2018, Ahad pagi 1 April 2018 digelar istighotsah di Lapangan Jetayu dengan semua undangan istighotsah akan mengenakan sarung batik.  

Dalam Kirab Budaya itu akan dimeriahkan dengan Festival Sarung Batik, tercatat ada 15 perusahaan sarung batik yang akan ikut memeriahkan Festival Sarung Batik tersebut. 

”Semua peserta Kirab Budaya akan mengenakan sarung batik, perusahaan-perusahaan sarung batik juga akan menghadirkan beberapa karyawannya untuk bersama-sama kita memeriahkan Festival Sarung Batik,” ujarnya.

Mengangkat sarung batik sebagai bagian dari upaya Pemkot untuk mempertahankan predikat Kota Kreatif yang disandang Kota Pekalongan. 

”Sebagai Kota Kreatif Dunia, kita dituntut untuk berkreativitas, bagaimana kita terus berinovasi, salah satunya dengan membangkitkan sarung batik ini. Sebab, kalau kita tidak punya kreativitas lagi, predikat sebagai Kota Kreatif Dunia itu akan dicabut,” katanya.

Sebagaimana diketahui, kain sarung dari berabad-abad lalu bukan hanya menjadi simbol perlawanan kolonialisme, tetapi juga telah menjelma menjadi simbol dan identitas budaya Nusantara. Selain itu, sarung yang identik dengan santri juga mampu membentuk akhlak luhur sebab secara nyata digunakan untuk beribadah, ngaji, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.(Muiz)