Opini

Catatan Muslim di Partai Final Liga Champions 2018

Sab, 26 Mei 2018 | 22:45 WIB

Catatan Muslim di Partai Final Liga Champions 2018

Foto via themuslimvibe.com

Oleh Syakir NF

Real Madrid memang pantas untuk kembali mengangkat si kuping besar. Meski Ronaldo meredup, ada Bale yang menjadi bintang pada malam itu. Dua golnya cukup mengantarkan Liverpool untuk berpuasa gelar. Di balik itu semua, kita tidak bisa menafikan peran sang konseptor di pinggir lapangan, yakni Zinedine Zidane.

Zizou lima kali berdiri bersama Los Merengeus di partai puncak Liga Champions. Pertama ia berhasil mengangkat tropi sebagai pemain termahal di dunia pada tahun 2002.  Pada tahun 2014, ia kembali mengangkat piala tersebut dengan status berbeda, yakni sebagai asisten pelatih Carlo Ancelotti. Dua tahun setelahnya, ia kembali ke partai puncak tersebut sebagai pelatih utama menggantikan Rafael Benitez dan menjuarainya. Menariknya, ia hanya butuh 2,5 tahun saja untuk mencetak hattrick sebagai juara.

Kemenangan Madrid mulai terlihat pasca Mohamed Salah dijatuhkan Sergio Ramos. Pemain asal Mesir itu tak mampu meneruskan pertandingan karena sakit yang ia derita akibat jatuh tersebut.

Liverpool semakin  terpuruk setelah kipernya melakukan blunder yang sangat fatal. Loris Karius berniat melempar bola ke arah rekannya. Namun, Karim Benzema dengan cepatnya mencegah bola bebas itu sehingga masuk ke gawang. 1-0 menjadi milik Madrid. Ini menjadi poin Madrid selanjutnya dalam memenangkan partai tersebut.

Empat menit setelah pemain berkebangsaan Perancis itu melesakkan gol, Sadio Mane menunjukkan tajinya. Ia berhasil membelokkan arah bola ke gawang dengan sentuhan kakinya. Pemain kelahiran tahun 1992 itu melakukan selebrasi sujud syukur.

Tetapi, mental dan pengalaman Madrid menjadi kekuatan tersendiri bagi tim berseragam putih itu. Karius kembali menunjukkan performa buruknya. Tendangan jarak jauh Bale tak mampu ia redam. Setelah berhasil tersentuh, tetapi entah karena kerasnya lesatan atau gerakannya sedikit bergoyang, bola itu tak ditangkap secara sempurna oleh penjaga gawang asal Jerman itu.


Penulis adalah Penggemar Sepak Bola





Tangisan Salah

Setelah ia merasa tak lagi mampu melanjutkan pertandingan, Salah hanya bisa mengalirkan air matanya. Ia menangis. Kesedihannya begitu terlihat. Bagaimana tidak, partai puncak yang hampir semua pemain di Liga Eropa mengidamkannya hanya bisa ia rasakan beberapa menit saja lantaran sikap tidak sportif kapten Madrid. Ia menggandeng tangan Salah dan menjatuhkannya hingga tangan Salah tertindih dari belakang olehnya.

Tak ayal pemain terbaik Afrika itu mengerang kesakitan. Sempat melanjutkan pertandingan sebentar, tetapi ia memilih meninggalkan lapangan setelah sakit yang sepertinya tak tertahankan itu.

Tapi, Salah hanya menangis. Sekali lagi, hanya menangis. Ia tak meneriaki, menyalahkan, melawan, apalagi mencaci Ramos yang telah membuatnya demikian. Ia memilih menyesali dirinya yang tak dapat memaksimalkan kesempatan emas untuk lebih menunjukkan sinarnya.

Meskipun demikian, sikapnya ini patut dipuji sebagai satu kemenangan tersendiri bagi seorang Salah. Bahkan, Sindhunata menyebut fenomena dalam kolomnya di harian Kompas, edisi Sabtu (26/5), bahwa Mo Salah di dunia bola tahun ini sudah sempat menyebarkan sesuatu: warta tentang Islam yang terbuka, membanggakan, tawadhu, mau berbagi, dan dicintai.

Pencapaiannya tahun ini memang fenomenal. Salah berhasil mencatatkan rekor sebagai pemain tersubur di liga Inggris mengalahkan pendahulunya, Luis Suarez. Hanya berselisih satu goal, ia berhasil menorehkan 41 goal pada musim 2017-2018. Padahal, ia baru bermain untuk Liverpool pada musim itu, meskipun pernah mencicipi panasnya liga premier itu saat masih berseragam biru London, Chelsea.

Salah, Mane, Zidane, dan Benzema, menjadi kebanggaan muslim dunia karena catatan bersejarah pada tahun ini. Sejatinya, mereka tengah menunjukkan wajah Islam di kancah dunia melalui gerak kakinya.

Terkait

Opini Lainnya

Lihat Semua