Opini

Kesan Shalawatan, Maulid, dan Seni Kaligrafi dari Negeri Jiran

Ahad, 17 November 2019 | 06:15 WIB

Kesan Shalawatan, Maulid, dan Seni Kaligrafi dari Negeri Jiran

Ilustrasi: Lukisan kaligrafi karya Didin Sirodjuddin AR

Oleh Didin Sirojuddin AR

Senangnyaaa  ikut Festival Sambutan Maulidur Rasul SAW di Negeri Sabah, Malaysia, "Karena kaligrafi sangat dimanjakan." Bersama Ustadz Isep Misbah (Indonesia) dan Ustadz Abdul Baki Abu Bakar (Malaysia), saya bertugas jadi Hakim Pertandingan Kaligrafi Islam (Khat) Nusantara kali ke-4/2019 yang diikuti para khattat ASEAN dan Pertandingan Spanduk Maulidur Rasul SAW untuk kategori grup-grup kementerian/jabatan kerajaan/swasta, pertubuhan, sekolah menengah, sekolah rendah, dan kampung.

Turut pula mengisi acara Bengkel Seni Khat (semacam workshop atau kursus kilat kaligrafi). Saya kebagian ngursus kaligrafi di keramik. Sangat mengasyikkan karena skill melukis di benda keramik atau mozaik ini merupakan "pelampiasan" dari pelajaran khat di bengkel sebelumnya.

Ada lagi pojok Bicara Santai Seni Khat bersama Hakim Seni Khat Nusantara. Kami "berbual" pengalaman dan teknik mengembangkan kaligrafi masing-masing.

Semuanya menambah kesyahduan. Rasanya ingiiin selalu dekat  bersama Nabi. Ya Rasulallah, kami rinduuu:

صلاة وسلاماعليك يا رسول الله.

Selain ceramah-ceramah yang diiringi gemuruh shalawatan di masjid-masjid dan majelis tilawah dan menghafal Al-Qur’an, acara besarnya fokus kaligrafi yang dikonsentrasikan di Kota Kinabalu. Tidak tanggung-tanggung, lomba kaligrafi yang dibesut negara bagian (atau provinsi kalau di Indonesia) ini terbuka umum untuk kawasan ASEAN. Menariknya lagi, sebanyak 12 dari 15 pemenang berasal dari Indonesia. Sedangkan tiga sisanya berasal dari tuan rumah, Malaysia.

Masih ada yang lebih menarik, yaitu pertandingan spanduk shalawat oleh sedikitnya 80 grup yang dibagi-bagi kepada kelompok-kelompok divisi Khat Tsulus, divisi Khat Diwani Jali, dan divisi Khat Kufi dengan masing-masing menerakan khat Rumi (Latin-Romawi) di sekelilingnya. Unik, orang Malaysia sangat akrab dengan khat Diwani Jali yang berkarakter luwes, lentur, dan mudah dibentuk. Tapi ketiga jenis khat ini ditulis sama indahnya pada spanduk-spanduk yang mereka kibarkan.

Oya ada yg lebih menaaarik lagi; yaitu teks shalawat pertandingan untuk kategori grup-grup pelomba yang diambil dari 12 bait syair di kitab Maulid Al-Barzanji karangan Sayid Ja'far bin Husain bin Abdul Karim Al-Barzanji. Dalam bentangan spanduk-spanduk, dengan kaligrafi yang tertata indah, gemuruh shalawat terus dikumandangkan sepanjang jalanan, menggema ke ufuk-ufuk Nusantara dan dunia: 

حفِظَ الإلهُ كرامةً لمحمدٍ آباءَه الأمْجادَصونًالِإسمِه * ترَكواالسِّفاحَ فلم يُصِبْهم عارُهُ من آدمٍ وإلى أبِيهِ وأمِهِ

Artinya, "Telah dipelihara oleh Ilahi kemuliaan Muhammad, dimuliakan keturunannya adalah suatu kehormatan atas namanya * Mereka tidak suka mencampuri perang saudara sehingga mereka tidak terbawa-bawa oleh petakanya, semenjak Nabi Adam sehinggalah kepada kedua-dua ibu bapanya."

كُنْ شَفِيعّاياحَبيبى يَومَ حَشْرٍواجتِماعٍ * ربناصلِ على مَنْ حَلّ فى خيرِالبِقاعِ

Artinya, "Jadilah engkau sebagai pemberi syafa'at duhai kekasihku, kepada hari berhimpun dan berkumpulnya (seluruh makhluk) * Wahai Tuhan pemelihara kami, limpahkanlah selawat ke atas dia yang tinggal di tanah lapang.”
 

Didin Sirojuddin AR, Pengurus Lembaga Kaligrafi, pengajar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.