Internasional

Dua Pengurus PCINU Amerika-Kanada Lulus Doktor

Sen, 23 Juni 2014 | 07:59 WIB

Philadelphia, NU Online
Dua orang generasi muda NU menyusul pendahulu mereka menyelesaikan pendidikan S3: Achmad Munjid dan Ahmad Rafiq. Keduanya berhasil meraih gelar doktor dari Department of Religion di Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat.<>

Achmad Munjid berhasil mempertahan disertasinya: “Building A Shared Home: Investigating the Intellectual Legacy of the Key Thinkers of Inter-Religious Dialogue in Indonesia” di hadapan empat penguji, yang dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2014. Sedangkan Ahmad Rafiq mempertahankan disertasinya dengan judul “The Reception of the Quran in Indonesia: A Case Study of the Place of the Quran in a Non-Arabic Speaking Community”, pada Jumat kemarin, 20 Juni 2014.

Bagi Achmad Munjid, bisa menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S3 sungguh di luar bayangannya saat kecil. “Saat lulus SMP, saat itu saya pikir sudah merupakan anugerah yang luar biasa, karena hampir semua keluarga saya hanya lulusan SD. Kami tidak mampu melanjutkan sekolah karena kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Saya bisa masuk SMA atas kerja keras ibu membiayai saya dari hasil menjahit kutang. Saat S1 pun saya terpaksa cuti 2 tahun karena kekurangan biaya. Tapi alhamdulillah, berkat doa ibu, saya bahkan bisa menyelesaikan S3 di Amerika Serikat”, cerita beliau di saat malam perpisahan sebelum kembali ke tanah air, di hadapan para jama’ah masjid Al-Falah Philadelphia (masjid milik komunitas Indonesia di Philadelphia).

Pun demikian Ahmad Rafiq yang pencapaiannya ini juga tak lepas dari do’a ibu. “Lima belas menit sebelum ujian disertasi, saya menelepon ibu saya di Banjarmasin. Ibu saya hanya berpesan agar jangan lupa kirim Al-Fatihah buat para penguji. Alhamdulillah ujiannya lancar”, cerita beliau sesaat setelah ujian selesai.

Dalam pengamatan NU Online yang ikut menghadiri sidang Ahmad Rafiq, sidang disertasi di Amerika ternyata berbeda suasananya dengan di Indonesia. Jika di tanah air, kesan “persidangan” sangat terasa dan tidak jarang pertanyaan penguji cenderung “membantai” disertasi calon doktor. Mungkin karena kebudayaan masyarakat Amerika lebih egaliter, maka itu tampak dari ujian yang hanya diselenggarakan di ruang kuliah. Bahkan salah satu penguji hanya menggunakan kaos dan sandal. Sidang disertasi tak ubahnya seperti diskusi biasa. Pertanyaan penguji lebih menggali substansi disertasi untuk memberi masukan agar dalam revisi nanti, disertasi bisa lebih komprehensif dan lebih baik.

Kedua doktor muda NU ini merupakan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat dan Kanada. Achmad Munjid adalah Wakil Rais Syuriyah, sedangkan Ahmad Rafiq sebagai a’wan. Mereka berdua juga pengasuh jama’ah masjid Al-Falah ICGP (Indonesian Community for Greater Philadelphia) yang pernah dikunjungi Gus Mus dan Gus Yahya Staquf tahun 2011 lalu. (jamal jufree/mukafi niam)

Foto: Ahmad Munjid (kiri) Ahmad Rofiq (kanan)