Internasional

Sepenggal Cerita Muslimah Amerika

Ahad, 21 Juli 2013 | 22:02 WIB

Bantul, NU Online
“Di Amerika, ada banyak jenis muslim. Namun, kami tidak punya kelompok besar seperti Muhammadiyah, NU, Ahmadiyah dan Salafiyah,” ujar Fatinah, perempuan Muslim Amerika dalam Kelas Lintas Budaya belum lama ini, Selasa (16/7) lalu di Pendopo Hijau Yayasan LKiS, Yogyakarta. <>

Mahasiswa yang sedang mengikuti program Liburan Musim Panas di Indonesia ini mengaku, kebanyakan Muslim  mengidentifikasikan dirinya sebagai Sunni, Syiah, Sufi atau Salafi. Dalam pengidentifikasian ini, mereka mengelompokkan diri berdasarkan budaya dan lokasi di Amerika. Sehingga tak heran jika muslim di Amerika hanya terpusat di tida tempat saja, yaitu New Jersey, New York dan Pennsylvania. 

Fatimah melanjutkan, Masjid-masjid di sana juga jarang ditemui. Tidak seperti di Indonesia yang ada di tiap kampong bahkan tiap perdukuhan. Masjid-masjid tersebut, Fatimah menuturkan, juga menjadi pusat komunitas. Di sana banyak kegiatan yang digerakkan oleh kalangan muda. Seperti diskusi keislaman, belajar mengaji, bimbingan haji, dan lain sebagainya. 

Terkait dengan puasa Ramadhan di Amerika, dara berjilbab rapi ini mengaku, Ramadhan di sana tidak jauh berbeda dengan Ramadhan di Indonesia. Tetapi yang khas adalah buka bersama yang selalu dilakukan di masjid.   

“Sekitar 30 menit sebelum waktu berbuka puasa kami menghidangkan makanan untuk semua orang. Sang syekh membacakan do‘a pada loudspeaker dan semua orang mengulanginya. Setelah berbuka, kami dengan cepat membersihkan sampah dan berdoa maghrib. Kemudian kami juga menghidangkan makanan gratis di luar masjid,” ujarnya pada hadirin yang berjumlah kurang lebih 20 orang.

Muslim Amerika juga merayakan Idul Fitri dengan berbagai cara. Namun yang sama adalah mereka saling memberi hadiah satu sama lain. Shalat Id juga tidak dilakukan di masjid, tapi di sebuah taman yang luas. Sebab jama’ah yang mengikuti shalat di sana berjumlah 2000 hingga 4000 orang disebabkan masjid yang jumlahnya tidak banyak. 

Fatimah mengaku, tidak banyak Muslim menduduki posisi kepemerintahan. Bahkan wanita Muslim dilarang untuk menjadi polisi atau satpam di bandara jika mereka memakai jilbab. Di kursi legislator hanya terdapat satu muslim saja. Tetapi dia mengatakan banyak legislator yang mendukung Muslim dan organisasi Islam di kursi pemerintahan. 

Acara lintas agama juga banyak diadakan demi memunculkan toleransi serta persatuan antar umat beragama. Bahkan beberapa pejabat, seperti Presiden Obama dan Walikota Newark, Cory Booker juga mengadakan kegiatan antar-kegamaan di kalangan tokoh agama di masyarakat.



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Nur Hasanatul Hafshaniyah