Nasional

Agar Islam Nusantara Diterima Generasi Milenial, Ini Caranya

Sab, 14 Juli 2018 | 16:00 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Ada yang menilai Islam Nusantara sebagai model ekspresi keislaman yang kuno dan jadul. Mengapa? Karena biasanya Islam Nusantara selalu diasosiasikan dengan peci hitam, sarung, orang-orang tua, tidak kekinian, dan lain sebagainya. Lalu, bagaimana agar Islam Nusantara bisa diterima kaum muda atau generasi milenial? 

Direktur Indonesian Muslim Crisis Center (IMCC) Robi Sugara menyebutkan, setidaknya ada dua hal yang seharusnya dilakukan agar Islam Nusantara bisa diterima di kalangan anak muda atau generasi milenial. Pertama, melalui pendidikan. Robi menjelaskan, Islam Nusantara bisa ‘dipasarkan’ dan diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan sehingga generasi muda paham akan esensi dari Islam Nusantara. 

“Kedua, mempengaruhi kelompok menengah atas? Siapa yang bisa mempengaruhi? Artis atau public figure,” kata Robi di Sekretariat Islam Nusantara (INC), Tangerang Selatan, Sabtu (14/7).

Jika Islam Nusantara ‘dibawakan’ oleh orang yang menjadi role model generasi muda saat ini, maka tidak mustahil Islam Nusantara bisa diterima generasi milenial. Karena apapun yang diusung seorang role model, biasanya diikuti pengikutnya.   

Islam Nusantara, sebuah solusi alternatif

Robi Sugara mengemukakan, Islam Nusantara bisa menjadi solusi alternatif terhadap krisis identitas yang tengah menjangkiti Muslim di seluruh dunia.

“Di tengah krisis ada identitas baru, pasti anginnya kencang,” kata Robi.

Menurutnya, saat ini umat Islam di seluruh dunia sedang mengalami krisis identitas. Mengapa? Dahulu umat Islam pernah menjadi umat yang unggul –dalam berbagai bidang- atas umat-umat lainnya. Namun saat itu, umat Islam menjadi tertinggal dari umat-umat lainnya. 

“Kita terombang-ambing. Ada yang ingin mengembalikan Islam seperti dulu,” tambahnya. 

Salah satunya adalah dengan mengusung ide khilafah. Bagi Robi, mereka yang menginginkan sistem khilafah berpandangan bahwa dulu umat Islam maju dan unggul karena menerapkan khilafah. Padahal, Robi menuturkan, khilafah tidaklah sesederhana sebagaimana yang dibayangkan. 

Sebagian yang lain, lanjut Robi, ada kelompok Islam yang menggunakan kekerasan untuk mengejar ketertinggalan dari umat lainnya. “Mereka tidak mampu bersaing. Mereka melakukan kekerasan dan akhirnya malah mencoreng wajah Islam,” terangnya. (Muchlishon)