Nasional

Atasi Dampak Perubahan Iklim, LPBINU Perkuat Kapasitas Masyarakat Lokal

Sab, 30 Januari 2016 | 12:02 WIB

Jakarta, NU Online
Pemanasan global (global warming) menjadi isu lingkungan yang paling penting saat ini mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan di bumi. Pemanasan global inilah yang mengakibatkan perubahan iklim. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa Indonesia sudah mengalami kenaikan suhu berkisar 0,16-1,44 derajat celsius sebagai salah satu dampak langsung dari perubahan iklim itu sendiri. 

Dampak lain yang sudah banyak terjadi adalah kekeringan di beberapa tempat yang mengakibatkan ketidakpastian musim tanam pertanian, dan ketidakteraturannya pola iklim di tanah air yang tentu berdampak tidak hanya bagi petani tetapi juga nelayan dan masyarakat lainnya.  Menurut Johan Kief dari Green Economy United Nation Office for REDD+ Coordination in Indonesia (UNORCID), akselerasi atau percepatan perubahan iklim 99,9 % terjadi karena ulah manusia. 

Perubahan iklim bukan hanya kerja dan tanggung jawab negara melalui kebijakan yang berbasis lingkungan dan perusahaan atau industri yang ramah lingkungan dalam kegiatan bisnisnya. Tetapi yang paling penting adalah perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang peduli terhadap lingkungannya. 

Perilaku ramah lingkungan dapat direfleksikan melalui pengendalian penggunaan sumber bumi (air, hutan, dan energi bumi lainnya), pengelolaan sampah, serta penanaman pohon untuk mengimbangi menyempitnya area hijau.

Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dalam mengurangi dampak perubahan iklim Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) mengadakan workshop pengendalian perubahan iklim berbasis masyarakat. Kegiatan yang berlangsung di Pesantren Qathratul Falah Lebak, Banten, Jumat (29/1/2026) ini diikuti oleh 30 orang dari santri dan masyarakat sekitar.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada stakeholder pesantren terkait pengelolaan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim, membangkitkan kesadaran mengelola lingkungan yang baik kepada stakeholder pesantren, serta menumbuhkan inisiatif stakeholder pesantren untuk pengelolaan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim” ujar Hijroatul Maghfiroh, Program Manajer Lingkungan Hidup PP LPBINU.

Penguatan kapasitas masyarakat lokal ini diharapkan melahirkan kader-kader di pesantren dan masyarakat sekitar yang siap dalam mengatasi dampak perubahan iklim, di antaranya melalui serangkaian kegiatan dan program pengelolaan sampah dan air di lingkungannya. 

Lukman, Divisi Tata Kelola Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Inovatif PP LPBINU dalam kegiatan tersebut menyampaikan materi manajemen bank sampah, pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R dan komposting, pengelolaan air bekas pakai (water waste management), dan penghijauan dengan pemanfaatan lahan sempit atau hidroponik. (Red: Fathoni)