Nasional

Istighotsah Isyarat Kegelisahan Para Ulama

Kam, 6 April 2017 | 16:01 WIB

Surabaya, NU Online
Ketika para ulama atau kiai sepuh sudah turun gunung, tandanya ada persoalan besar yang menjadi kegelisahan. Sebab, para kiai NU konsisten mewujudkan komitmen dan kepedulian pada persoalan keagamaan, keumatan, dan kebangsaan.

Penyataan tersebut diungkapkan oleh KH Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua PWNU Jawa Timur saat konferensi pers di loby Gedung PWNU Jatim, Kamis (6/4).

Sebelum diputuskan doa bersama dan Istighotsah Kubro, para kiai sepuh berkumpul di Pondok Pesantren Lirboyo akhir bulan Februari 2017 lalu. Hampir semua kiai merasakan hal yang sama. Yaitu kegelisahan atas problem keagamaan dan kebangsaan. Seperti kemiskinan, kesenjangan, korupsi, narkoba, intoleran, perpecahan umat, dan lain-lain.

"Ini adalah gawe besar setelah 21 tahun berlalu sejak istighotsah kabro pada Desember 1996 di Stadion Tambaksari Surabaya yang kemudian disusul dengan peristiwa krisis moneter dan reformasi," lanjut Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini.

Kegiatan Istighotsah Kubro yang akan dilaksanakan pada Ahad 12 Rajab 1938 bertepatan 9 April 2017 ini, murni kegiatan agama. Nir politik. Sehingga nanti tidak ada pidato atau sambutan dari tokoh politik atau pejabat. 

"Tokoh politik atau pejabat, silahkan hadir tapi tidak untuk menyampaikan sambutan," kata H Ahsanul Haq Ketua Panitia Istighotsah Kubro saat mendamping Wakil Rais dan Ketua PWNU Jatim.

Acara yang dilehat di Gor Delta Sidoarjo ini, akan ada dua sambutan dari Ketua PWNU Jatim dan tausyiah keagamaan dari KH Ma'ruf Amin Rais Am PBNU. Selain itu ada maklumat PWNU Jatim untuk mengarahkan umat Islam dan seluruh elemen bangsa dalam rangka menguatkan kembali bangunan keagamaan dan kebangsaan di Tanah Air.

Di Tanah Air Indonesia belakangan ini, terjadi beberapa peristiwa yang menimbulkan wacana dunia bahwa Islam Moderat di Indonesia telah mati. Maka dari itu NU menjawab dengan doa bersama para ulama.

"Kami mayoritas muslim di Indonesia masih memiliki komitmen kuat untuk menghadirkan pola beragama dan berbangsa yang Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh dan menjalankan visi Rahmatan Lil Alamin," kata KH Agoes Ali Mashuri, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim.

Event besar ini murni swadaya yang mengedepankan kemandirian umat. Umat Islam dari berbagai kalangan tampaknya merindukan kehadiran dan kemurnian persatuan antar ulama. Ulama dan umat mendoakan kejayaan Islam dan menguatkan NKRI dalam menghadapi berbagai ancaman dan ketimpangan. 

"Karena itulah, umat Islam secara suka rela mengorbankan waktu, tenaga, pemikiran, perhatian, biaya dan kerendahan hati untuk sama-sama menunduk, menengadahkan tangan dan melangitkan doa agar Allah yang Maha Kuasa berkenan menerangi bumi khatulistiwa ini dengan Nurullah (Cahaya Allah)," pungkas Pengasuh Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo ini. (Rof Maulana/Fathoni)