Nasional RAKERNAS FALAKIYAH

Kealiman Kiai Turaichan dalam Ilmu Falak, Kapan Daun Jatuh Pun Bisa Dihitung

Sab, 10 Desember 2022 | 17:30 WIB

Kealiman Kiai Turaichan dalam Ilmu Falak, Kapan Daun Jatuh Pun Bisa Dihitung

KH Turaichan Adjhuri Kudus saat menerima kunjungan Presiden Gus Dur di Kudus pada tahun 1999. (Foto: Dok. NU Online)

Bandung, NU Online
KH Turaichan Adjhuri merupakan salah satu ulama yang sangat ahli di dalam bidang ilmu falak. Tak ada orang yang menyangsikan kealimannya dalam ilmu perbintangan dan antariksa ini.


Tidak hanya perputaran matahari, bumi, dan bulan yang dapat ia hitung. Namun, kapan daun akan jatuh juga bisa terhitung olehnya.


Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori menceritakan kisah tersebut yang diterima dari ayahnya, KH Asrori.


“Riwayat Abah saya, saking alimnya (Kiai Turaichan) ilmu falak, sampai bisa menghitung jatuhnya daun. Riwayatnya sahih. Kapan daun satu pohon ditunjuk beliau, itu jatuh pada hari ini, bulan ini, jam sekian,” katanya saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Falakiyah PBNU di STMIK AMIK Bandung, Jawa Barat, Jumat (9/12/2022) malam.


Dari cerita tersebut, ia menyampaikan bahwa perspektif ilmunya ini luar biasa. “Bahwa ilmu falak itu ilmu yang luar biasa,” katanya.


Kealiman Kiai Turaichan ini pula yang mendasari para pengurus PBNU dalam memilih KH Sirril Wafa untuk menjadi Ketua LF PBNU. Kiai Sirril merupakan salah satu putra dari KH Turaichan. Saat ini, Kiai Sirril tercatat sebagai salah satu pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


“Di Jawa Tengah itu ada ulama yang top, alim allamah namanya, KH Turaichan Kudus,” kata Kiai Said.


“Setelah itu ingat Gus Sirril Wafa yang dalam perjalanan. Maka disetujuilah beliau ini menjadi Ketua Lajnah Falakiyah,” lanjutnya.


Dilansir NU Online dalam tulisan berjudul Guru para Ahli Falak Indonesia, Kiai Turaichan merupakan ulama kelahiran Kudus, 10 Maret 1915, putra dari pasangan Kiai Adjhuri dan Nyai Sukainah.


Kecerdasannya yang di atas rata-rata, Kiai Turaichan langsung diperbantukan dalam pelaksanaan belajar mengajar di almamaternya, Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus.


Kemudian, ia aktif dalam berbagai kegiatan mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Kiai yang dikenal dengan sapaan Mbah Tur itu tercatat sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.


Dalam forum Bahtsul Masail, sosoknya tak segan berseberangan dengan berbagai ulama yang lebih senior, seperti KH Bisyri Syansuri. Mbah Tur juga pernah tercatat sebagai pengurus Lajnah Falakiyah PBNU. Mbah Tur wafat dalam usia 84 tahun pada 20 Agustus 1999.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori


=====
Disclaimer:
Atas pertimbangan para santri Mbah Toer, judul artikel ini diedit pada Rabu, 15 Februari 2023.
​​​​​​​