Nasional

Ketua Majelis Dzikir Hubbul Wathan: Nabi Muhammad Ajarkan Kebangsaan

Kam, 2 Agustus 2018 | 20:00 WIB

Jakarta, NU Online
Indonesia merupakan negara majemuk. Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa negara yang ia pimpin itu terdiri atas 714 suku yang hidup di 17 ribu pulau dengan lebih dari seribu bahasa. Ketua Majelis Dzikir Hubbul Wathan (MDHW) mengatakan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan sikap saling menghormati dan menghargai.

"Nabi Muhammad saw. juga memberikan pelajaran agar saling menghormati, saling menghargai," ujarnya saat memberikan sambutan pada acara Dzikir dan Doa untuk Bangsa di Istana Merdeka, Jakarta pada Rabu (1/8) malam.

Hal ini didasarkan atas firman Allah swt. dalam Al-Qur'an surat al-Mumtahanah ayat 8 berikut.

لا ينهىكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين و لم يخرجوكم من دياركم ان تبروهم وتقسطوا اليهم ان الله يحب المقسطين

"Allah menghendaki, Allah memerintahkan agar kamu berbuat baik dan berbuat adil kepada orang yang tidak memerangimu dalam agama, kita diperintahkan berbuat baik berbuat adil kepada siapapun waalaupun tidak satu agama, asalkan mereka tidak memerangimu dan tidak mengusirmu," kata Kiai Mustofa menerjemahkan. "Ini artinya Nabi Muhammad mengajarkan kebangsaan kepada kita," lanjutnya.
 
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu dalam sambutannya juga menyampaikan harapannya agar bangsa Indonesia tetap utuh. "Kita berharap agar bangsa ini utuh, bangsa ini tenteram, untuk kemajuan dan melaksanakan agenda-agenda pemerintah," katanya.

Tantangan Indonesia menjadi negara yang maju terus menghadang. Masa depan menyongsong. Oleh karenanya, Kiai Mustofa mengajak agar hal itu dapat dihadapi dengan sikap optimis.

"Sudah saatnya tegak lurus menatap masa depan dengan penuh optimisme, bukan pesimisme dan rasa permusuhan," pungkasnya.

Dalam kegiatan tersebut juga hadir Rais Am PBNU KH Ma'ruf Amin. Ia menyampaikan pentingnya menjaga negara Indonesia sebagai negara kesepakatan. Selain itu, hadir juga beberapa mustasyar PBNU, yakni KH Maimoen Zubair, KH Abuya Muhtadi Dimyati, dan KH Nasaruddin Umar.
 
Beberapa pejabat tinggi negara juga memenuhi Istana yang berada di pusat Kota Jakarta itu. Di antaranya, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Panglima TNI Mars TNI Hadi Tjahjanto, Kapolri Jend Pol Muhammad Tito Karnavian, dan jajaran menteri Kabinet Kerja. (Syakir NF/Abdullah Alawi)