Nasional

KH Marzuki Mustamar: Poligami Sah, Tapi Tak Fair

Kam, 8 Januari 2015 | 03:19 WIB

Jombang, NU Online
KH Marzuki Mustamar memiliki pandangan yang lebih ringkas terkait poligami. Baginya, keinginan seseorang menikah lebih dari satu istri hendaknya dengan berbagai pertimbangan, bukan semata kepentingan libido.
<>
Kiai Marzuki, sapaan akrabnya, mengkui bahwa Islam tidak melarang umatnya untuk menikah lebih dari satu istri. Akan tetapi bagi mereka yang akan melakukan hal tersebut hendaknya dapat dipikir secara matang.

"Menurut saya kok tidak fair kalau menikah dengan istri yang baru apalagi melupakan istri pertama," katanya sembari diamini para ibu guru perempuan yang hadir di Masjid Ribat Jogoroto Jombang Jawa Timur (5/1).

Tidak fair yang dimaksud dosen Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang ini adalah karena saat menikah dengan istri pertama, tentu banyak suka dan duka dalam membina rumah tangga. "Hidup prihatin, mempersiapkan landasan keluarga serta ekonomi dengan penuh duka, adalah hal tidak terhindarkan saat awal membina rumah tangga," kata mantan Ketua PCNU Kota Malang ini.

Apalagi bagi pasangan muda saat menikah dan belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, pasti banyak mencoba sejumlah usaha agar bisa bertahan hidup. Kiai Marzuki sendiri butuh waktu hingga sepuluh tahun lebih untuk bisa merasakan hidup cukup seperti saat ini.

"Tentu saja, keadaan penuh prihatin ini hanya dirasakan dengan istri yang awal kali dinikahi," ungkapnya. Dan ketika banyak hal telah diraih, baik jabatan dan pemasukan keluarga yang lebih baik, secara sepihak sang suami menikah dengan perempuan lain. "Tidak fair-nya, istri kedua belum pernah merasakan pahit getir membangun usaha, namun datang dan langsung menikmati sukses yang telah diraih sang suami," ungkapnya.

Inilah ketidakadilan yang akan dirasakan istri pertama. Apalagi dalam banyak kasus, keberadaan istri kedua mendapat perhatian lebih dari sang suami. Padahal, untuk bisa melahirkan anak-anak yang cerdas dan berakhlak mulia harus diawali dengan kondisi calon ibu yang memiliki kesiapan fisik dan psikhis yang baik. "Bagaimana akan lahir anak yang memiliki kecerdasan dan mempunya keunggulan kalau sang ibu tidak merasa bahagia kala hamil," kata Kiai Marzuki. Padahal kondisi sang ibu sangat berpengaruh kepada baik dan buruknya kondisi anak saat lahir dan dewasa kelak.

Demikian juga banyak ibu yang mengeluhkan air susunya tidak lagi bisa keluar banyak untuk sang buah hati. "Yang lebih mempengaruhi kondisi air susu adalah suasana bathin ibu itu sendiri," terangnya. Kalau sang ibu merasa tentram dan damai serta bahagia, maka air susu yang harusnya diberikan kepada bayi selama dua tahun tentu akan lancar, lanjutnya.

Dengan mengutip salah satu ayat, tepatnya surat an-Nisa' ayat 9, Kiai Marzuki mengajak para guru untuk mempersiapkan anak-anak dengan lebih baik. Dan untuk bisa melahirkan muslim harapan di masa mendatang, salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah keharmonisan rumah tangga. Karenanya Kiai Marzuki mengajak peserta untuk lebih memikirkan anak, daripada sekedar melampiaskan libido seksualitas.

Setidaknya 300 guru pengampu mata pelajaran Aswaja dari tingkat dasar hingga menengah pertama menerima pendalaman materi di serambi masjid Ar-Ribat, Kecamatan Jogorot. Hadir sebagai narasumber pada pelatihan pendalaman materi ini KH Marzuki Mustamar dan H Abdul Halim Iskandar. Para guru juga menerima buku berjudul Dalil-Dalil Praktis Amaliah Nahdliyah karya KH Marzuki Mustamar terbitan Muara Progresif Surabaya. (Syaifullah/Abdullah Alawi)