Nasional

Mahasiswa Baru PTKIN Bakal Dibekali Wawasan Islam Moderat

Rab, 18 Juli 2018 | 15:46 WIB

Bukittinggi, NU Online
Menyikapi akan maraknya ujaran kebencian dan gerakan keagamaan yang cenderung kurang menampilkan wajah Islam yang moderat dan damai, Kementerian Agama RI akan membekali mahasiswa baru Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indoonesia wawasan Islam yang moderat (wasathiyah).

Rencana itu diutarakan oleh Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Arskal Salim GP saat memberikan materi pada acara Koordinasi Wakil Rektor/Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan PTKIN se-Indonesia di Bukittinggi, Sumatera Barat, Selasa (17/7).

Kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) yang merupakan ritus penyambutan mahasiswa baru dikalangan PTKIN, sangat efektif untuk mengenalkan sejak dini pemahaman Islam yang santun, damai dan toleran. “PTKIN menjadi benteng efektif ntuk melakukan counter ideologi dan conuter wacana Islam radikal,” kata Arskal.
 
Rencananya 543.000 mahasiswa baru tahun akademik 2018/2019 yang berasal dari 58 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri se-Indonesia, akan mendapatkan pencerahan tentang Pengarusutamaan Moderasi Islam dalam ajang PBAK yang akan dilaksanakan bukan Juli dan Agustus. 

“Selain mengenalkan akan tradisi akademik dan kebebasan mimbar akademik, materi-materi PBAK akan dijadikan momentum memantapkan sikap toleransi dan maintriming moderasi Islam,” tandas Arskal.

Arskal menandaskan PTKIN akan mempelopori PBAK yang mainstreamnya adalah moderasi Islam untuk meredam paham-paham dan gerakan radikalisasi di kampus. 

Karenanya Arskal Salim berharap civitas akademika terutama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan PTKIN se-Indonesia untuk mendampingi pimpinan organisasi kemahasiswaan yang nantinya akan menjadi instruktur dalam PBAK.

Ridha Ahida Rektor IAIN Bukittinggi selaku tuan rumah mengajak kepada para Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk menjadikan fenomena gerakan radikalisme menjadi konsen bersama. “Kita harus mempunyai perspektif dan kepedulian yang sama agar PTKIN menjadi pelopor Islam yang wasathiyah,” ucapnya.

Menanggapi sekelompok mahasiswa yang menghendaki pemakaian cadar di kampus, Ridha Ahida mengatakan, pihaknya tidak pernah mempersoalkan cadar. Yang ditegakan adalah kode etik civitas akademika IAIN Bukittinggi yaitu bahwa mahasiswa harus menampakan wajah ketika mendapatkan layanan akademik di kampus.

“Kode etik kami mengatur tata cara mendapatkan pelayanan akademik termasuk dalam Proses Belajar Mengajar harus menampakan wajah,” kata Ahida.

Sementara itu Syafriansah Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan mengatakan pihaknya akan mengawal dengan serius PBAK agar dijadikan pintu gerbang terbaik bagi mahasiswa baru mengenal kampusnya. “Para Mahasiswa Baru PTKIN harus memerankan dirinya sebagai agen-agen Islam yang moderat ditengah-tengah radikalisme yang semakin kuat," ujarnya. (Basori/Fathoni)