Nasional KONFERWIL NU JATIM

Mendikbud: Kurikulum 2013 Tekankan Moralitas

Ahad, 2 Juni 2013 | 12:26 WIB

Sidoarjo, NU Online
Mendikbud M Nuh tidak merasa heran dengan banyaknya kritik dan keberatan atas akan diberlakukannya kurikulum 2013. Justru ia menjamin bahwa kebijakan tersebut akan jauh lebih baik bagi masa depan pendidikan di tanah air.
<>
"Semangat dari kurikulum terbaru ini sebenarnya ingin menekankan kembali pentingnya moralitas dalam proses belajar mengajar," katanya kepada sejumah kiai dan ulama di arena Konferensi Wilayah NU Jawa Timur di Pesantren Bumi Shalawat, Lebo Sidoarjo (2/6). 

Dengan sejumlah kritik dan perlawanan dari banyak kalangan, Pak Nuh tidak terlalu ambil pusing. 

"Termasuk penolakan dari politisi dari PPP dan PKS," katanya sembari tersenyum.

Bagi Pak Nuh, kelebihan Kurikulum 2013 diantaranya adalah digunakannya kembali materi budi pekerti sebagai mata pelajaran utama di seluruh lembaga pendidikan. 

"Kita prihatin, kecerdasan yang dimililki para kalangan cerdik cendekiawan ternyata tidak diimbangi dengan kesantunan," ungkapnya.

Dalam banyak kasus, mantan Rektor ITS Surabaya ini merasa miris dengan cara yang dilakukan sejumlah pihak yang tidak lagi menggunakan etika dan budi pekerti dalam menyampaikan keberatan dan usulan. 

"Asalkan dianggap baik dan layak disampaikan, maka segala cara dilakukan dengan tanpa mengindahkan moralitas dalam menyampaikan keberatan," sergahnya. 

Pada kesempatan tersebut, Pak Nuh juga menyampaikan sejumlah kesempatan yang diberikan kementerian yang dipimpinnya kepada para siswa kurang mampu untuk bisa merasakan pendidikan tinggi dengan biaya yang lebih terjangkau. 

"Program bidik misi yang telah lama digulirkan ternyata manfaatnya langsung dirasakan para mahasiswa dari keluarga kurang mampu," katanya.

Demikian pula dengan aturan diberlakukannya batas SPP minimal bagi sejumlah perguruan tinggi negeri kepada sejumlah mahasiswa. 

"Sehingga tidak sedikit mahasiswa yang bisa masuk perguruan tinggi negeri di fakultas favorit namun tetap terjangkau dari sisi pembiayaan," lanjutnya.

Karena itu, ia berharap agar ikhtiar ini bisa berkelanjutan meskipun manfaatnya baru dapat dirasakan pada sepuluh hingga lima belas tahun mendatang.    


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Syaifullah