Nasional JELANG MUNAS-KONBES NU 2014

Para Pelaku Sejarah Bicara Khittah NU 1926

Jum, 13 Juni 2014 | 00:04 WIB

Situbondo, NU Online
Memori tentang keberhasilan Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang mengukuhkan  kembalinya NU ke Khittah 1926 dan penerimaan asas tunggal Pancasila, kembali dikuak. Melalui halaqah nasional yang bertema “Dinamika Pemikiran Munas Alim Ulama dan Muktamar NU ke-27”, sejumlah tokoh sekaligus pelaku sejarah, memberikan kesaksian, Rabu (12/6).
<>
Mereka adalah KH Muchit Muzadi sebagai asisten KH Ahmad Shiddiq, KH Hasyim Muzadi selaku panitia lokal; H Ahmad Thohir, dokter pribadi  KH As’ad Syamsul Arifin; Muhamad Baharun, wartawan majalah Tempo yang diberi akses KH As’ad untuk meliput secara bebas jalannya Muktamar, dan Slamet Efendi Yusuf, Ketua Umum GP Ansor saat itu.

Mereka memberikan testimoni betapa bersejarahnya  muktamar itu. “Kita di sini ingin menyampaikan fakta sejarah, bukan tafsir sejarah. Kita kagum dengan dengan pemikiran para kiai sepuh itu. Meski mereka hidup sederhana namun bisa merubah pemahaman umat Islam tentang agama dan negara,” jelas Slamet Efendi Yusuf.

Sedangkan KH Hasyim Muzadi menyatakan bahwa saat ini terjadi pemahaman yang kacau  antara khittah dan politik, sehingga perlu penjelasan dari saksi hidup pelaku sejarah kembalinya NU ke Khittah 1926. “Politik memang tidak bisa dihilangkan dari negara, tapi bagaimana agar penerapan politik itu baik, sehingga tidak mengacaukan arti khittah dan politk itu sendiri,” ucapnya.

Halaqah itu sendiri dihelat di aula pesanten putra, kompleks Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan yang dibuka pengaush pesantren, KH Ahmad Azaim Ibrahimy itu merupakan rangkaian  acara Pra-Munas dan Konbes NU yang digelar Agustus mendatang, sekaligus memperingati  1 abad usia pesantren tersebut. (Aryudi A Razaq/Mahbib)