Nasional HAUL KIAI SHOLEH DARAT

Pentingnya Menjaga Peninggalan Mbah Sholeh

Jum, 31 Agustus 2012 | 05:30 WIB

Semarang, NU Online
Tak ketingggalan, sumur peninggalan Mbah Sholeh Darat yang lama ditelantarkan sehingga tidak terlihat karena rata tanah dan ditutup seng, kini ramai lagi diambil airnya oleh masyarakat. 
<>
Gus Bakoh, salah satu pendekar Pagar Nusa Kota Semarang usai puas meminum air dan wudhu dengan air sumur tersebut mengaku takjub dengan rasa airnya yang netral, tidak berasa asin atau lainnya. 

Padahal di wilayah tersebut semua sumur pasti berasa asin dan bahkan tidak layak minum karena tercemar limbah. Memang di sekitar masjid Mbah Sholeh Darat banyak berdiri pabrik dan kelurahan Dadapsari Kecamatan Semarang Utara, lokasi masjid itu, adalah daerah rob. Limpahan air laut dan selokan yang menggenang dengan air kotor busuk adalah hal biasa. 

“Sungguh ajaib. Sumur peninggalan Mbah Sholeh Darat ini tidak asin, tidak pula berasa timbal atau logam berat seperti air di tempat wudhu masjidnya. Rasanya enak seperti zam-zam. Subhanallah,” tuturnya diiyakan semua orang yang telah minum di situ. 

“Betul, saya yakin ini karena karomah yang diberikan Gusti Allah kepada walinya, kekasihnya. Sehingga saya yakin air ini membawa barokah jika kita ambil untuk kebaikan,” sahut Zainal Maarif, guru madrasah asal Rembang yang datang berombongan dengan para gus dan kiai muda Jawa Timur. 

Ketua PC Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa Kota Semarang Hendro Syufaat mengatakan, yang perlu dijaga dan dilestarikan bukan hanya masjid dan kitab-kita Kiai Sholeh Darat. Namun juga semua peninggalan beliau. Termasuk sumur, kenthongan, dan pusaka atau baju-baju beliau jika masih ada. 

“Semua peninggalan Kiai Sholeh Darat perlu kita jaga. Sumur, kenthongan dan semua benda yang terkait beliau perlu kita museumkan. Ini untuk menjaga sejarah, agar jadi inspirasi bagi generasi mendatang. Kata Gus In’am tadi, dulu belum ada komputer saja mbah Sholeh menulis banyak kitab, kita sekarang mestinya juga bisa,” ujarnya usai acara pengajian. 

Pendekar berambut gondrong yang pernah jadi murid almarhum Gus Ma’shum Jauhari Lirboyo ini menyayangkan langgar kayu dan tempat wudhu peninggalan mbah Soleh Darat telah dirobohkan tanpa sisa. 

Sementara itu, Ketua PCNU Kota Semarang H Anasom bersama Kepala Satkorcab Banser Kota Semarang Margono mengatakan, tahun depan NU akan lebih banyak lagi membantu kepanitiaan haul. NU juga akan tenanan ngopeni masjid Mbah Sholeh Darat tersebut agar makmur dan dicintai masyarakat seperti dulu. 

“Keluarga besar NU harus memberikan dukungan lebih banyak lagi di haul tahun depan. Masjid peninggalan Mbah Sholeh Darat ini harus kita openi dan makmurkan,” tutur keduanya saling melengkapi. 

Tentang dorongan berbagai pihak agar pesantren Kiai Sholeh Darat dihidupkan lagi, Anasom mengatakan akan membantu sekuat tenaga dan semaksimalnya. Dengan mengerahkan semua potensi dan jaringan yang dimiliki ulama. 

Termasuk pencarian/pelacakan kitab-kitab karangan Kiai Sholeh Darat yang belum ditemukan. Yakni baru 14 dari 40 kitab yang pernah ditulis sang maha guru ulama nusantara tersebut. 

“Kita juga harus mengupayakan penerbitan kembali kitab-kitab Kiai Sholeh Darat yang tidak lagi published. Pesantren yang pernah dipakai mondok pendiri NU perlu dihidupkan lagi,” tandasnya. 

Digitalisasi Kitab

Khusus untuk kitab karangan Kiai Sholeh Darat yang tebal dan tidak lagi ada cetakannya, yaitu Tafsir Faidhur Rohman dan Terjemah Al-Hikam, Anasom telah membuat kitabnya dalam versi digital. Dikerjakan bersama aktivis muda NU Mohammad Ichwan. 

Naskah digital yang dikemas dalam keping DVD dan CD itu dijual dengan harga Rp 50 ribu untuk Tafsir Faidhur Rohman (tebal 576 halaman), dan Rp 25 ribu untuk Terjemah Al-Hikam (tebal 254 hlm). 

“Kitab digital yang kami buat adalah hasil pemotretan naskah asli tulisan tangan Mbah Kiai Sholeh Darat. Monggo beli dan pesan. Hubungi nomor 085229953111. Untuk luar Semarang ditambah ongkos kirim,” jelas Anasom yang memakai software khusus untuk digitalisasi naskah ini. 

 

Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: M Ichwan