Nasional

Sejak Kapan Politik Identitas Islam Menguat di Nusantara?

Sab, 16 Desember 2017 | 16:00 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Politik identitas keislaman menguat bukan terjadi baru-baru ini, namun itu sudah berlangsung sejak abad ke-16. Yaitu ketika kerajaan-kerajaan Islam saling bantu dalam melawan dan mengusir para penjajah Portugis. 

Demikian disampaikan M Zaki Mubarak dalam diskusi bertemakan Islam Nusantara dan Islam Jihadis di Islam Nusantara Center Tangerang Selatan, Sabtu (16/12).

Pada abad ke-16, kata Dosen UIN Jakarta itu, Ratu Kalinyamat Jepara mengirimkan empat ratus kapal armada Perang ke Malaka untuk membantu Kerajaan Malaka mengusir Portugis. Selain ke Malaka, Ratu Kalinyamat juga membantu Kerajaan Aceh dan Ternate-Tidore melawan penjajah Portugis.

“Jepara memimpin ekspedisi melawan Portugis karena solidaritas Islam,” ucapnya.

Zaki mengungkapkan, puncak solidaritas atau politik identitas Islam dalam perlawanan terhadap penjajah adalah pada saat perang Diponegoro yang terjadi pada 1825-1830. Diponegoro yang memiliki nama Islam Abdul Hamid menggunakan simbol-simbol Islam seperti jubah, sorban, dan lainnya dalam berperang melawan penjajah. 

“Nama Abdul Hamid itu diidentikkan dengan nama Khalifah di Turki Usmani,” ujarnya.

Bahkan, panglima perang Diponegoro Sentot Prawirodirdjo pun diberi nama julukan yang sama dengan panglima Turki Usmani yang berhasil mengalahkan Wahabi.

“Ali Pasha adalah panglima perang Turki Usmani yang mengalahkan Wahabi,” cetusnya. (Muchlishon Rochmat)Â