Nasional

Yudi Latif: KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan Penjaga Kearifan Lokal

Kam, 30 Maret 2017 | 01:46 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia (PSIK-Indonesia) Yudi Latif menyampaikan tentang sikap toleransi KH Hasyim Asy’ari (Pendiri NU) dan KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muahmmadiyah) terhadap kearifan-kearifan lokal Nusantara.

Menurutnya, kepulangan keduanya dari Haramain (pusat Salafi-Wahabi) ke tanah Jawa, tidak membuatnya secara otomatis mengajarkan ajaran Salafi-Wahabi, karena mereka berdua tidak ingin ajaran Islam datang  membunuh kearifan-kearifan lokal yang sudah ada.

“Mereka (KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan) percaya, Islam itu datang tidak untuk menyalahkan kebenaran yang ada terlebih dahulu. Islam datang justru untuk membenarkan kebenaran-kebenaran yang sebelumnya sudah ada,” kata Yudi Latif saat mengisi acara Refleksi Kebangsaan 71 tahun Muslimat NU di Hotel Crowne Plaza, Jakarta Pusat, Senin (27/3) lalu.

Pada acara yang bertemakan Pancasila, Agama dan Negara ini, ia mengatakan, jauh sebelum Islam datang ke Nusantara dengan konsep Rahmatan lil Alamin, sudah banyak ajaran-ajaran lokal yang telah berbicara konsep tersebut.

“Kalau kita mengatakan Islam menjadi rahmat bagi seluruh sekalian alam, maka jauh sebelum Islam datang (ke Nusantara), sebenarnya ajaran-ajaran kearifan Nusantara juga sudah bicara itu,” ujar penulis buku Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas, Aktualitas Pancasila ini .

Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia ini mencontohkan, kalau di dalam ajaran sunda, rahmatan lil alamin itu silih asih, silih asah, dan silih asuh, yaitu saling mengasihi, saling mengasah, saling mengasuh.

Begitu pun di Jawa dan Maluku, katanya, di Jawa ada ajaran memayu hayuning bawana, yaitu memperindah keindahan dunia, sedangkan di Maluku ada ajaran basudara, bersaudara, artinya orang boleh beda agama, boleh berbeda ras, sejauh kita menghirup udara yang sama.

Selain Yudi Latif, juga hadir 2 pembicara lainnya, yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Solahuddin Wahid, Ketua MPR Zulkifli Hasan. (Husni Sahal/Fathoni)