Opini

Pesan Kiai Ali Mustafa Yaqub, Jangan Pernah Meminta Jabatan!

Ahad, 1 Mei 2016 | 23:00 WIB

Oleh: M.Alvin Nur Choironi
Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub adalah sosok guru dan ayah yang begitu inspiratif bagi kami. Sebagai seorang guru dan ayah, beliau telah memberikan banyak hal. Pak Kiai cukup dikenal sebagai ahli hadis Nusantara. Namun, sebagai orang tua ideologis bagi kami (mahasantri Darus Sunnah), Pak Kiai lebih dari seorang pakar hadis. Hal ini yang jarang disorot oleh kalangan di luar mahasantri Darus Sunnah.

Salah satu dari hal-hal yang sering beliau tekankan adalah bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik. Hal ini tercermin dari sistem pengajaran beliau dan cara beliau mendidik para santri. Karena beliau meyakini bahwa para santrinya kelak akan menjadi pemimpin di masa depan, baik menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, maupun menjadi pemimpin rumah tangga.

Berikut adalah beberapa hal terkait kepemimpinan yang sering ditekankan oleh Pak Kiai kepada para santrinya:

1. Jangan Pernah Meminta Jabatan!

Hal ini sering beliau ulang-ulang saat belajar kitab Sahih Bukhari bersama mahasantri. Beliau mengingatkan bahwa meminta jabatan sangat dilarang oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan bagi beliau, orang yang meminta jabatan akan mengarahkan kepada hal-hal yang dilarang. Mereka akan menghalalkan segala cara agar mendapatkan jabatan yang diinginkan. Bahkan bisa jadi hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya rela ditabrak demi sebuah jabatan.

Satu hal yang sering menjadikan orang terjerumus saat ia menginginkan jabatan, yaitu suap-menyuap. Padahal hal ini telah dilarang oleh Rasulullah. Bahkan tidak  hanya orang yang menyuap, orang yang disuap pun turut mendapatkan dosa.

2. Jadilah panutan yang baik!

Hal ini merupakan bagian paling dominan yang sering diingatkan kepada seluruh santrinya. Bahkan dicontohkan langsung oleh beliau sendiri. Pernah suatu hari beliau berkeliling pesantren dan ditemuinya beberapa sampah yang berserakan di halaman pesantren. Dengan tanpa canggung beliau mengambil beberapa sampah yang berserakan di halaman tersebut dan memasukkannya sendiri ke tempat sampah. Santri-santri yang mengetahui hal itu seketika bergegas membantu beliau mengambil alih hal yang dilakukan beliau saat itu. 

Beliau memang selalu menghimbau kepada seluruh santri untuk hidup bersih. Namun, saat beliau mengetahui ada sampah yang berserakan, beliau tidak lantas menyuruh orang lain untuk membersihkan, beliau mulai dari beliau sendiri.

3. Jadilah pribadi yang bertanggung-jawab!

Tanggung jawab adalah hal yang harus dimiliki setiap orang, baik bagi seorang pemimpin maupun untuk  diri sendiri. Bagi pak Kiai, tanggung jawab seorang pemimpin adalah sebuah harga yang tidak bisa ditawar. Hal ini dicontohkan pak Kiai dari sistem pengajaran beliau.

Sebagaimana diketahui oleh seluruh mahasantri Darus Sunnah, bahwa sistem pengajaran di  Darus Sunnah dibagi menjadi  beberapa usrah (kelompok). Setiap usrah dipimpin oleh satu orang Rais Usrah yang bertanggung jawab kepada seluruh anggota usrahyang berjumlah 10-12 orang dari berbagai semester.Karena jumlah mahasantri yang terbatas, maka semua mahasantri memiliki kesempatan untuk menjadi rais usrah.

Pernah suatu hari ada mahasantri yang tidak hadir dalam halaqah fajriyah (kegiatan pembelajaran setelah sholat subuh) karena suatu alasan yang tidak diketahui. Seketika itu pak Kiai memerintahkan kepada rais usrah untuk mencari anggota yang tidak hadir itu. Setelah kemana-mana mencari tidak  menemukan akhirnya rais usrah tersebut kembali ke halaqah. Namun pak Kiai tidak mau tahu. Rais usrah tersebut disuruh mencari ke kosan teman-temannya yang ada di Pesanggrahan (daerah kos-kosan di samping UIN Jakarta). Bahkan beliau mengatakan agar tidak kembali sampai membawa santri yang mbolos tersebut.

Begitupun  saat pembelajaran, pak Kiai jarang memarahi mahasantri yang tidak bisa menjawab saat ditanya. Pak Kiai lantas bertanya kepada rais usrahnya dan memerintahkan si rais untuk kembali mengajari mahasantri yang tidak bisa menjawab tadi. Namun bila si rais sendiri yang tidak bisa menjawab, baru pak Kiai menyuruh rais tersebut untuk berdiri.

Setiap halaqah biasanya pak Kiai memberikan tugas kepada mahasantri, namun pak Kiai tidak pernah membiarkan mahasantri tersebut mengerjakannya sendiri. Pak Kiai selalu memerintahkan rais usrahnya untuk mendampingi mahasantri tersebut. Pun juga dengan ketua-ketua yang lain, baik ketua IMDAR (Ikatan Mahasantri Darus Sunnah) dan B2K (Badan-Badan Khusus) maupun ketua-ketua acara yang diselenggarakan di  Darus Sunnah, semuanya pasti pernah dipanggil pak Kiai ke ndalem dan diberi wejangan-wejangan atau sekedar ditanya bagaimana perkembangan acara yang diselenggarakan.

Begitu perhatiannya pak Kiai kepada rasa tanggung-jawab mahasantri sampai-sampai pernah suatu saat ada dua mahasantri yang tidur saat diberi tugas jaga malam. Saat mengetahui ada petugas jaga malam yang tidur pak Kiai langsung membangunkan dua mahasantri tersebut dan menanyakan siapa namanya. Sampai keesokan harinya, pak Kiai masih hafal dengan dua nama mahasantri tersebut hingga beliau menyuruh dua mahasantri tersebut untuk berdiri saat halaqah.

4. Jangan pernah mengambil yang bukan hakmu walau hanya 100 rupiah!

Uang merupakan suatu hal yang paling berbahaya bagi para pengemban amanah. Hal ini sering beliau sampaikan ―bahkan pernah beliau sampaikan dalam wawancara di sebuah televisi swasta ― bahwa bisa jadi saat sebelum memimpin orang tersebut sama sekali tidak memiliki keinginan untuk korupsi, namun karena situasi dan kesempatan yang mendukung, akhirnya saat menjadi pemimpin orang tersebut pun akhirnya korupsi juga.

Untuk itu beliau sering mengulang-ulang kalimat yang beliau sampaikan kepada mahasantri, tentunya kalimat itu beliau sampaikan dengan bahasa Arab:

4. “Jangan pernah mengambil yang bukan hakmu walau hanya 100 rupiah!”

Dari kalimat di atas beliau juga mengingatkan bahwa jika yang diambil (dikorupsi) adalah uang rakyat Indonesia misalnya, maka dosa tersebut tidak akan diampuni sampai orang itu meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia dan tidak boleh satupun yang terlewatkan.

Begitulah pesan-pesan pak Kiai Ali Mustafa Yaqub kepada mahasantri Darus Sunnah baik secara lisan, dari sikap beliau maupun dari sistem pengajaran yang beliau terapkan. Semua hal itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk mengkader pemimpin-pemimpin masa depan yang baik dan bisa bertanggung jawab kepada konstituennya.

Semoga beliau ditempatkan oleh Allah bersama Nabi Muhammad  SAW sebagaimana yang sering beliau katakan bahwa beliau ingin sekali menjadi khadim (pembantu) Rasulullah SAW. Dan semoga Allah SWT memudahkan kami melanjutkan perjuangan yang telah beliau lalui dengan sulit dan penuh hambatan. Semoga kami bisa kuat dan tegar setegar beliau. Amin.


Penulis adalah Mahasantri Darus Sunnah International Institute for Hadith Sciences.