Pesantren

Nabi Muhammad Bukan PNS, Berwirausahalah!

Rab, 8 Juli 2015 | 21:00 WIB

Jepara, NU Online
Direktur Eksekutif Pusat Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (Hipsi) Sulaiman menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW itu bukanlah seorang “PNS” tapi seorang saudagar. Ia telah melakukan upaya-upaya itu sejak usia muda.
<>
“Karena itu berwirausahalah,” katanya memantik peserta saat menjadi pembicara dalam Al Multaqa Al Iqtisadiyah. Ia menyampaikan hal itu pada kegiatan “Bisnis Berbasis Komunitas Jamaah Nahdliyyin” yang berlangsung di pesantren Hasyim Asyari Bangsri Jepara, Ahad (5/7).

Kepada santri-santri, Sulaiman mengajak untuk berwirausaha. Kenapa mesti wira usaha? Karena Rasul seorang wira usahawan. “Sebelum NU besar sudah digelorakan Nahdlatut Tujjar, kebangkitan saudagar,” katanya.

Ia yang juga Ketua Hipsi Jawa Timur ini prihatin angka pengusaha di Indonesia masih sangatlah minim. Padahal negara dikatakan maju apabila angka pengusaha di atas 5%. “Kita masih kalah dengan Singapura. Jumlah pengusaha di sana sudah mencapai 7%,” terangnya.

Untuk menjadi pewira usaha, menurutnya, tidak usah khawatir. Masih banyak peluang luas. Tidak perlu harus berasal dari keluarga wira usaha. Contohnya Sulaiman sendiri bapak tukang becak, sementara ibu buruh tani. Dan kini terbukti menjadi seorang wira usahawan.

Ia memanfaatkan benda yang dianggap orang lain tidak bernilai, yaitu sampah. Di tangannya, sampah hasil pertanian bisa menjadi uang. Pada Ahad, (5/7), misalnya, ia sudah menjualnya sebanyak 1 truk dengan per kg Rp1800. Sehingga ia bisa memperoleh keuntungan dari sampah yang biasanya dibakar dan digiling menjadi produk yang mempunyai nilai jual.

Karena itu dengan Hipsi pihaknya ingin mewujudkan 1 juta pengusaha yang berbasis santri. “NU itu simbolnya dunia. Kita harus bisa mengendalikan dunia. Sehingga bukan saatnya lagi kita bekerja untuk uang namun uang bekerja untuk kita,” sambung Sulaiman.

Sudah saatnya kita (santri, red) menjadi subyek bukan terus-terusan menjadi obyek. “We have a dream. Kita mempunyai mimpi. Kita yakin santri kedepan akan menjadi pemimpin,” tegasnya.

Untuk menjadi pengusaha tidak bisa ditempuh dengan jalur instan. 1 jam 2 jam langsung bisa menjadi pengusaha. Namun membutuhkan waktu. Sehingga pihaknya getol melakukan pendampingan entrepreneur secara masif.

Di usia ketiga ini Hipsi selalu melakukan aksi. Hipsi sebagai fasilitator sedangkan pelaku usahanya ialah para santri baik kelompok maupun individu. Ia berharap dari pesantren mempunyai produk sehingga mampu untuk eksitensi perekonomian pesantren.

Selain Sulaiman hadir pula sebagai pembicara KH Abdul Gaffar Rozin (RMI Jateng) dan Abdul Muiz Fansuri (Hipsi Yogyakarta). (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)


Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua