Ilmu Al-Qur'an

Biografi Ashim bin Abi al-Najud, Imam Qira'at yang Sangat Kuat Hafalannya

Sab, 23 Februari 2019 | 04:00 WIB

Biografi Ashim bin Abi al-Najud, Imam Qira'at yang Sangat Kuat Hafalannya

Imam Ashim termasuk imam qira’at sab’ah dari kalangan ulama Kufah, dan termasuk tabi’in yang agung.

Kufah merupakan sebuah kota yang menjadi pusat administrasi pemerintahan khalifah keempat, Sayyidina Ali. Di kota inilah banyak intelektual Muslim bermukim dan mengembangkan keilmuannya, salah satunya adalah Imam Ashim bin Abi al-Najud.
 
Ada tiga nama imam qira’at sab’ah yang bermukim di kota ini, yaitu Ashim bin Abi al-Najud, Hamzah al-Zayyat, dan Ali al-Kisa’i. Ketiga imam ini memiliki integralisasi transmisi periwayatan yang tidak terputus, namun berdiri secara mandiri.
 
Imam Hamzah pernah belajar kepada Ashim, sementara Imam al-Kisa’i pernah belajar kepada Imam Hamzah. Oleh karena itu, maka wajar Imam Ashim menempati urutan pertama diantara mereka berdua. 
 
Selain itu, dari sisi sanad, Imam Ashim memiliki sanad tertinggi diantara mereka berdua, bahkan tertinggi ketiga diantara para imam qira’at sab’ah, setelah Imam Ibnu Amir dan Imam Ibnu Katsir.
 

Biorgafi Imam Ashim

Nama lengkapnya adalah Ashim bin Abi Najud al-Asadi. Nama panggilannya (kuniyah), Abu bakar. Sebagian riwayat mengatakan bahwa nama bapaknya adalah Bahdalah, sebagian riwayat yang lain mengatakan bahwa Bahdalah adalah nama ibunya, sebagian riwayat yang lain juga mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Abdulllah sedangkan Abi Najud adalah kuniyahnya.
 
Secara garis keturunan, ia termasuk marga al-Asadi al-Kufi. Kata “al-Asadi” dinisbatkan kepada marganya, sedangkan “al-Kufi” dinisbatkan kepada tempat tinggalnya, yaitu Kufah.
 
Beliau adalah salah satu imam qira’at sab’ah dari kalangan ulama Kufah, dan termasuk tabi’in yang agung. Setelah gurunya, Abdurrahman al-Sullami, wafat, ia menggantikan posisinya sebagai masyikhah iqra’ di Kufah, sehingga banyak para pelajar datang dari berbagai negara untuk belajar kepadanya. 
 
Secara profesionalitas keilmuan, beliau merangkap dua keahlian, yaitu fashahah-tajwid dan teliti-mutqin. Beliau tidak hanya memiliki penguasaan dalam bidang fashahah dan mutiqin, namun beliau juga memilikii suara yang indah saat membaca al-qura’an. Hal ini dibuktikan oleh persaksiannya Imam Syu’bah: Saya berulangkali mendengar Abi Ishaq al-Sabi’i berkata: “Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih bagus membaca al-Qur’an dibandingkan Ashim bin Najud. Ia alim dalam bidang sunnah, bahasa, nahwu dan fiqih”.
 

Perjalanan Intelektual Imam Ashim

Dalam bidang ilmu al-Qur’an dan qira’atnya, beliau belajar kepada tiga orang guru, yaitu Abu Abdurrahman al-Sullami, Zir bin Hubaisy, Sa’ad bin Ilyas al-Syaibani. Secara transmisi sanad beliau menempati posisi ketiga setelah Nabi Muhammad ﷺ.
 
Berikut adalah transmisi sanadnya yang bersambung secara muttasil kepada Nabi Muhammad ﷺ:
 
  1. Al- Sullami belajar kepada lima sahabat; Ustman, Abdullah bin Mas’un, Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit. Mereka belajar langsung dari Nabi Muhammad ﷺ.
  2. Zir bin Hubaisy belajar kepada Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Muhammad ﷺ.
  3. Al-Syaibani belajar kepada Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Muhammad ﷺ.
 
Dalam bidang hadis, beliau meriwayatkan dari Abi Ramatsah Rifa’ah al-Tamimi dan Harits bin Hassan al-Bakri. Keduanya bersahabat. Adapun hadis yang diriwayatkan dari Abi Ramatsah dapat djumpai di Musnad Ahmad bin Hambal, sedangkan hadis yang diriwayatkan dari Harits bin Hasan dapat dijumpai di kitabnya Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam.
 
Imam Ashim termasuk ulama yang diperhitungkan dalam bidang hadis, ia termasuk personal yang memiliki predikat tsiqah (terpercaya). 
 
Imam Ahmad menyatakan bahwa Imam Ashim adalah laki-laki saleh, baik juga tsiqah, senada dengan Imam Ahmad, Imam Zar’ah dan para ulama hadis menyatakan bahwa Imam Ashim adalah orang yang tsiqah.
 
Imam Abu Hatim juga menyatakan bahwa Imam Ashim adalah (mahalluhu al-shidq) dan hadi-hadis dapat dijumpai di kutub sittah.
 

Keistimewaan Imam Ashim

Setiap manusia yang beriman dengan benar, beramal saleh dan konsisten dalam beramal (istiqamah), maka Allah akan mengangkat derajatnya. Imam Ashim merupakan salah satu ulama yang konsisten berkhidmah terhadap kalam-Nya. Salah satu karomahnya adalah ia membaca Al-Qur’an dengan sangat mutqin atau lancar walau ditinggal beberapa tahun tanpa murajaah (membaca ulang agar tetap hafal). 
 
Imam Ashim berkata kepada Imam Syu’bah: “Saya mengalami sakit selama dua tahun, (selama dua tahun itu, saya tidak muraja’ah hafalan Al-Qur’an saya), setelah saya sembuh,kemudian saya membaca Al-Qur’an dan tidak ada satupun kesalahan dan kekeliruan pada bacaan saya”.
 
Imam Abu Bakar berkata: “Ashim jika shalat ia tegak seperti kayu, dan ia mendirikan shalat pada hari jumat sampai menjelang shalat ashar. Ia adalah seorang abid (ahli ibadah), baik, selalu mendirikan shalat. Jika ia punya keperluan, kemudian melihat sebuah masjid, maka akan berkata: mari kita mampir ke masjid, karena keperluan kita tidak akan habis. Ia pun masuk ke masjid dan malaksanakan shalat. 
 

Komentar Ulama

Imam Ashim adalah seorang ulama yang selalu meniru dan menggugu aktivitas dan kebiasaan gurunya. Apa yang dilakukan oleh gurunya, beliau ikuti sebagai jalan dan teladannya. Hal ini disaksikan oleh Hammad bin Salamah, ia berkata: “Saya melihat Ashim bin Bahdalah melakukan seperti yang dilakukan oleh gurunya Abdullah bin Habib al-Sullami”.
 
Putra Ahmad bin Hambal, Abdullah, bertanya kepada ayahnya tentang pribadi Imam Ashim, beliau menjawab: “Ia adalah laki-laki saleh, baik dan terpercaya. Kemudian saya bertanya lagi: “Bacaan siapa yang disukai oleh ayah? Ahmad bin Hambal menjawab: “Bacaan imam Madinah (Nafi’). kemudian putranya kembali bertanya. Selain itu? Bacaan Imam Ashim.
 
Imam Hasan bin Saleh berkata: “Saya tidak pernah melihat seorang pun yang lebih fasih daripada Ashim, jika ia berbicara maka ucapannya akan menjadi magnet.”
 
Imam Syu’bah berkata: “Saya mengunjungi Imam Ashim saat menjelang ajalnya, saya mendengar ia mengulang-ulang membaca ayat 62 Surat al-An’am: (ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ), ia membacanya dengan jelas dan bagus seakan-akan ia membaca dalam keadaan shalat, karena tajwid bacaannya telah mendarah daging (watak alaminya) dalam dirinya.”
 
Imam Salamah bin Ashim berkata: “Ashim adalah seorang yang memiliki adab, sopan santun, agamis, fasih dan bagus suaranya (bacaannya).
 

Murid-murid Imam Ashim

Setelah kepergian Imam Abu Abdurrahman al-Sullami kepangkuan Tuhannya, Imam Ashim menduduki posisinya sebagai ganti dari apa yang dirintis oleh gurunya sebagai syakh qira’at Al-Qur’an. Oleh karena itu, dengan kepakaran dan keahlian yang dimiliki oleh Imam Ashim ini, banyak para pelajar yang berdatangan untuk belajar kepadanya, salah satunya adalah: Hafs bin Sulaiman, Abu Bakar Syu’bah bin Ayyasy, Abban bin Taghlib, Hammad bin Salamah, Sulaiman bin Mahran al-A’masy, Abu Mundzir Sallam bin Sulaiman, Sahal bin Syuaib, Syaiban bin Muawiyah. 
 
Selain nama-nama murid Imam Ashim di atas, ada beberapa murid Imam Ashim yang hanya belajar beberapa huruf (bacaan), yaitu: Abu Amr bin al-Ala’, Khalil bin Ahmad dan Hamzah bin Zayyat.
 
Setelah mendarma-baktikan diri berkhidmah kepada kalam-Nya, beliau kembali kepada pangkuan Tuhannya pada tahun 127 H di Kufah.
 
 
Ustadz Moh. Fathurrozi, Pecinta Ilmu Qira’at, Kaprodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAI Al Khoziny Buduran Sidoarjo 
 
 
(Tulisan disadur dari kitab “Tarikh al-Qurra’ al-Asyrah wa Ruwwatuhum” karya Syekh Abdul Fattah al-Qadhi [Kairo: Maktabah al-Qahirah, 2010, hal. 27-28] dan "Mu'jam Huffadz Al-Qur'an Abra al-Tarikh" karya Salim Muhaisin, jilid I [Bairut: Dar al-Jayl, 1992. hal 330]).