Daerah

Lintas Agama Semarang Usulkan Mbah Moen Jadi Pahlawan Nasional

Sel, 13 Agustus 2019 | 22:00 WIB

Lintas Agama Semarang Usulkan Mbah Moen Jadi Pahlawan Nasional

Para pegiat Pelita berfoto bersama seusai kegiatan.

Semarang, NU Online
Pastor Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang, Jawa Tengah Romo Aloys Budi Purnomo Pr mengatakan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen memiliki jasa besar dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bahkan hingga akhir hayatnya pun tetap mengajarkan nasionalisme dan patriotisme serta cinta NKRI kepada para santrinya dan seluruh masyarakat.
 
Karenanya Romo Aloys mendesak Presiden RI Joko Widodo untuk mengangkat Mbah Moen sebagai pahlawan nasional.
 
"Jasa perjuangannya sudah jelas. Sejarah bisa membuktikan bila Mbah Moen itu tokoh agama yang mengajarkan nasionalisme dan patriotisme kepada santri dan seluruh masyarakat. Sampai akhir hayat, beliau untuk NKRI. Jadi kami mendesak Presiden Jokowi keluarkan Kepres untuk menjadikan Mbah Moen sebagai pahlawan nasional," kata Romo Aloysius, Senin (12/8).
 
Penegasan  ini disampaikannya pada acara doa bersama 7 hari meninggalnya Mbah Moen yang digelar di Pastoran Johannes Maria Unika Sugiyopranoto Semarang, Jalan Pawiyatan Luhur Selatan, Bendan Duwur, Banyumanik, Kota Semarang.
 
Desakan Romo Budi bukannya tanpa dasar, sebab Presiden RI pertama, Ir Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan Presiden (Keppres) No. 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963 yang menetapkan Mgr. Albertus Soegijapranata yang wafat tanggal 22 Juli 1963 menjadi pahlawan nasional. 
 
Tidak hanya itu, Presiden Soekarno juga menganugerahkan penghormatan kepada Mgr. Albertus Soegijapranata dengan pangkat Jenderal TNI Kehormatan sebagaimana tertuang dalam Kepres/Panglima Tertinggi ABRI No. 223/AB-AD tertanggal 17 Desember 1964 dan berlaku sejak tanggal wafatnya Mgr. Soegijapranata, 22 Juli 1963.
 
"Ini dasarnya mengapa saya menyerukan Mbah Maimoen jadi pahlawan," tegasnya.
 
Untuk diketahui, Romo Budi, sapaan akrab Romo Aloys Budi Purnomo Pr bertindak selaku inisiator dan tuan rumah acara Doa Memule 7 Hari Mbah Moen yang digelar bersama Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) dan Gusdurian Semarang.
 
Romo Budi mengakui bahwa semasa Mbah Moen hidup tidak pernah membenturkan keindonesiaan dan keislaman. Sebaliknya, justru menyatukan Islam dan Indonesia yang kini dalam perspektif Islam Nusantara.
 
"Ada aura sejuk di dalam diri Mbah Moen. Selama beberapa kali saya sowan bertatap muka, beliau selalu menyampaikan persatuan nasional, dengan kerukunan umat beragama. Soal Islam, beliau menyatukan keislaman dan keindonesiaan dalam perspektif Islam Nusantara," tuturnya. 
 
Romo Budi melanjutkan, bagi Mbah Moen, NKRI tak berlawanan dengan keislaman. Keislaman dan keindonesiaan adalah laksana sepasang tangan yang merajut dan merawat keberagaman dan kebersatuan. 
 
“Semua diberi ruang setara sebagai warga bangsa. Mbah Moen tak pernah diskriminatif. Menerima dan merangkul siapa saja,” jelasnya.
 
Bagi Romo Budi, kegiatan tersebut menjadi semacam silaturahim pada seorang ulama yang berpindah alam. Sebab, meninggalnya Mbah Moen bukan berarti membutuhkan doa orang yang masih hidup, akan tetapi justru sebaliknya.
 
"Mbah Moen tak membutuhkan doa kita sebab saya yakin sudah bahagia di surga. Bahkan Mbah Moen-lah yang berdoa bagi kita semua yang masih berziarah di dunia ini. Pasti, Mbah Moen mendoakan kita semua agar rukun, bersatu dan bersaudara sebagai warga bangsa Indonesia, apa pun agama dan kepercayaan kita," ucapnya.
 
Ketua Pelita Semarang, Setiyawan juga mengungkapkan duka mendalam atas wafatnya KH Maimoen Zubair yang tidak hanya dirasakan umat Muslim. 
 
"Bukan hanya para santri dan umat Islam saja yang berduka, melainkan juga umat dari berbagai agama dan kepercayaan turut merasakan kehilangan sosok guru bangsa seperti beliau," ucapnya. 
 
Sebagai wujud cinta dan empati, sambungnya, beberapa tokoh lintas agama dan kepercayaan berkumpul untuk memperingati 7 hari wafatnya KH Maimoen Zubair. 
 
"Doa bersama untuk para tokoh biasa menjadi sarana mengenang dan mengambil teladan seperti KH Maimoen Zubair ini harus kita ikuti demi menjaga keutuhan NKRI," pungkasnya. (Rifqi Hidayat/Ibnu Nawawi)