Nasional

Kaleidoskop 2019: Komitmen IPPNU Jaga Pelajar di Jagat Medsos

Sel, 31 Desember 2019 | 06:00 WIB

Jakarta, NU Online
Beberapa tahun terakhir, manusia sudah hidup di dua alam sekaligus, yakni alam nyata dan alam maya. Keduanya saling memengaruhi satu sama lain. Bahkan, ada pula yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di alam kedua. Hal tersebut mengingat saat ini sudah memasuki era digital, beragam hal dapat diakses dan diubah bentuk ke ruang maya, termasuk ke media sosial (medsos)

Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) berupaya terus untuk mengawal para pelajar putri NU, khususnya, dan pelajar secara umum agar dapat tampil pada ruang tersebut dengan menyampaikan dakwah Islam rahmatan lil alamin. Pasalnya, medsos kerap dijadikan kanal ujaran kebencian yang begitu deras menghanyutkan banyak orang.

Hal itu dilakukan dengan membuat pelatihan daiyah (dai perempuan) muda yang siap untuk menjadi penyuplai narasi atau wacana penyeimbang guna meredam arus ujaran kebencian dan hoaks yang begitu masih beredar.

“Seleksi 30 peserta terseleksi untuk memproduksi daiyah muda NU yang bisa show up ke medsos yang mampu menyampaikan dakwah rahmatan lil alamin,” kata Nurul Hidayatul Ummah saat ditemui di Kantor PP IPPNU, Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Lantai 6, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (27/12).

Para peserta ini dibekali dengan beragam materi keagamaan, kemampuan berbicara di depan publik, hingga isu-isu strategis yang bisa disampaikan dalam setiap penyampaian dakwahnya.

Kegiatan tersebut menghadirkan berbagai pakar di bidangnya, seperti jurnalis, aktivis medsos, hingga akademisi yang concern pada satu bidang yang digarapnya. Agenda tersebut digelar pada Mei 2019 lalu di Masjid KH Hasyim Asy’ari, Jakarta Barat.

Langkah lain dari IPPNU adalah dengan menjaga pola pikir pelajar dari gangguan serangan hoaks dan ujaran kebencian yang sudah demikian mengakar. Ditambah pula dengan pengotak-kotakan kubu 01 dan 02 akibat dari pemilihan presiden (pilpres) yang kampanyenya berlangsung cukup lama, sembilan bulan.

Hal itu dilakukan oleh PP IPPNU dengan menggelar Nusantara Millenial Summit. Kegiatan ini sebagai wadah untuk meningkatkan peran kawula muda dalam melawan narasi negatif yang mengalir di medsos. 

“Bulan Juni kan panas sekali suasananya. Kita buat Nusantara Millenial Summit karena keresahan kami atas ujaran kebencian yang perlu dilawan dan perlu peran serta anak muda sebagai pengguna aktif medsos,” katanya. Kawula muda saat ini merupakan generasi milenial dan generasi Z yang sudah sangat familiar dengan dunia digital. Ada yang menyebutnya sebagai digital native.

Peserta yang berjumlah lebih dari 1.200 peserta itu diberikan beragam materi untuk memulihkan kembali pemikiran mereka agar tidak lagi terus terbawa arus pascapilpres. Mereka justru harus menjadi agen yang melawan narasi tersebut dengan keaktifannya di medsos.

Banyak narasumber yang hadir dari aktivis pesantren dan keagamaan, seperti Pengampu Ngaji Ihya daring Gus Ulil Abshar Abdalla, Gus Abdurrahman dari Pesantren Lirboyo, dan Gus M Abdullah Syukri dari Pondok Buntet Pesantren. Ada pula artis, seperti Wirda Mansur, Olga Lidya, Marsela Zalianty, Addie MS, Chiki Fawzi, Arie Kriting, hingga Veve Zulfikar. Hadir juga pengurus organisasi kepemudaan, seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Pelajar Islam Indonesia (PII).

Di samping dua program tersebut, kaderisasi formal juga terus berjalan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan menjaga ideologi keislaman Ahlussunnah wal Jamaah dan ideologi kebangsaan pelajar.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon