Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Pesan Persaudaraan di Hari Lebaran

Sab, 8 Mei 2021 | 08:00 WIB

Khutbah Idul Fitri: Pesan Persaudaraan di Hari Lebaran

Materi khutbah ini di antaranya mengingatkan bagaimana seorang Muslim mesti peduli dengan orang lain.

Naskah khutbah Idul Fitri ini mengingatkan bahwa Lebaran adalah momentum memperkuat solidaritas dengan sesama, setelah umat Islam membangun hubungan intensif dengan Allah selama bulan puasa. Realisasi dari hubungan horizontal dan vertikal ini adalah dengan memupuk persaudaraan dan rasa peduli kepada mereka yang membutuhkan.
 


Teks khutbah Idul Fitri berikut ini berjudul "Khutbah Idul Fitri: Pesan Persaudaraan di Hari Lebaran". Untuk mencetak naskah khutbah ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)  



Khutbah I

 

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، أَمّأَبَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ

 

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Ungkapan syukur niscaya kita ungkapkan dengan ucapan Alhamdulillâhi rabbil âlamîn, karena pada detik ini kita masih diberikan umur panjang oleh Allah subhanahu wata’ala sehingga bisa berjumpa dengan hari raya Idul Fitri. Bukan hanya nikmat umur panjang, nikmat lainnya yang tidak bisa kita hitung satu per satu juga telah dikaruniakan kepada kita di antaranya adalah nikmat Islam, iman, kesehatan, kesempatan, dan kemampuan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan setelah kita menunaikan ibadah puasa, kita akan mendapatkan predikat takwa yang menjadi orientasi utama rukun Islam yang keempat ini.


Tujuan berpuasa ini telah di tegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 


Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." 


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ


Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Predikat takwa yang diraih oleh seseorang dalam puasa diperkuat lagi dengan kewajiban menunaikan zakat fitrah di bulan Ramadhan untuk lebih membersihkan diri dari segala dosa. Jika direnungkan lebih dalam, kedua ibadah ini, yakni zakat dan puasa memiliki tujuan yang mulia. Bukan hanya berdimensi vertikal sebagai penghambaan pada Allah, namun juga berdimensi horizontal yakni hubungan dengan sesama manusia. Kedua ibadah ini memiliki dimensi sosial dan mampu menjadikan kuatnya persaudaraan antarsesama dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.


Dimensi sosial dari ibadah puasa bisa kita lihat dari wujud kesadaran kita untuk ikut merasakan kepedihan yang dirasakan banyak orang akibat tidak bisa makan dan minum. Kita diajarkan melalui ibadah puasa, bagaimana rasanya haus dan lapar sehingga diharapkan akan tumbuh jiwa-jiwa yang saling tenggang rasa, kemudian menumbuhkan pula kesadaran untuk saling membantu. Apalagi di masa yang serba sulit saat ini, di mana pandemi Covid-19 belum juga usai. Sejak munculnya virus Corona pada 1 Desember 2019 di China, berbagai sendi kehidupan manusia terdampak di antaranya sektor ekonomi yang terus melemah. Hal ini tentu berakibat pada semakin banyaknya orang, khususnya di sekitar kita yang menurun taraf ekonominya. Akibatnya, sebagian dari mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk sekedar makan dan minum.


Dalam ibadah puasa kita juga diajarkan bagaimana menahan nafsu dan keinginan kita. Madrasah Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk menjadi jiwa-jiwa yang luhur dan tidak mudah menyakiti orang lain. Hal ini dilakukan dengan mempuasakan seluruh anggota tubuh, pikiran dan hati kita. Mata harus dipuasakan dari pandangan sesuatu yang tercela dan dibenci syariat serta melalaikan Allah subhanahu wata'ala. Lidah harus dipuasakan dari berbicara yang tidak bermanfaat, melakukan kebohongan, menggunjing, mengumpat, berkata buruk, dan menebar permusuhan serta menzalimi orang lain. Tangan harus dipuasakan dari berlaku zalim pada orang lain, mengambil hak orang lain, dan tindakan yang merugikan orang lain. Begitu juga dengan anggota tubuh lainnya.


Jika materi Madrasah Ramadhan ini bisa terus kita pupuk dan terus kita aplikasikan dalam kehidupan kita pasca-Ramadhan, maka bisa dipastikan akan tumbuh kedamaian dan persaudaran yang kokoh dengan orang lain. Jika kita benar-benar lulus dari latihan-latihan yang telah kita jalani selama Ramadhan, maka akan memberi efek positif di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Semoga kita tidak menjadi orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa sebagaimana Sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Imam Ahmad:


 
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

 
Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus".


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ


Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Sementara dimesi sosial dari zakat bisa kita lihat dari semangat kita berbagi melalui harta yang telah dititipkan Allah SWT kepada kita. Di setiap Ramadhan dan Idul Fitri kita bisa lihat semangat masyarakat yang tinggi untuk berzakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal. Tradisi berbagi kebahagiaan dengan bersedekah berupa bingkisan, makanan, dan uang juga menjadi hal positif yang sebaiknya kita terus pertahankan, bukan hanya saat ini saja. Budaya senang berbagi rezeki ini akan memperkuat ukhuwah insaniyyah yang selanjutnya akan menumbuhkan kecintaan kepada sesama.


Kita tidak boleh berfikir jika memberikan harta kita pada orang lain maka rezeki kita akan berkurang. Kita harus sadar bahwa rezeki itu adalah rahasia Allah SWT yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendakinya.  Masih banyak dari kita yang beranggapan bahwa hidup dan rezeki adalah matematika yakni satu tambah satu sama dengan dua. Padahal rezeki dalam kehidupan ini tidak bisa dihitung dengan ilmu matematika. Dalam hidup, terkadang 1+1 memang 2. Namun, bisa saja 1+1=11 atau 1+1 bisa jadi 0. Masing-masing rezeki manusia dan makhluk di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah. Rezeki tidak akan tertukar karena Allah telah membagi-bagi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki. Allah ta’ala berfirman,


 إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ 


Artinya: Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 37). 

Allah juga sudah menegaskan banyak di dalam Al-Quran bahwa siapa yang mau bersedekah, maka Allah akan melipatgandakan rezeki yang diterimanya. Seperti digambarkan dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa siapa saja yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan membalasnya dengan 700 kali lipat. Hal ini memiliki artian, sekaligus membuka mata kita bahwa hakikat memberi adalah menerima, semakin banyak kita memberi, maka akan semakin banyak kita menerima. Contoh ini digambarkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261: 


مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ


Artinya : Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.


Di akhir ayat ini kita juga diingatkan dengan dua sifat Allah yakni Mahaluas dan Maha Mengetahui. Lagi-lagi ini menguatkan agar kita tidak perlu khawatir terhadap rezeki, karena Allah Mahaluas rahmat-Nya kepada hamba-Nya dan karunia-Nya tidak terhitung jumlahnya. Allah juga Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum, untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan bangsa dan agama.


Dalam Tafsir Al-Qur’an Kemenag RI ditegaskan Ajaran Islam mengenai infak ini sangat tinggi nilainya. Selain mengikis sifat-sifat yang tidak baik seperti kikir dan mementingkan diri sendiri, infak juga menimbulkan kesadaran sosial yang mendalam, bahwa manusia senantiasa saling membutuhkan, dan seseorang tidak akan dapat hidup seorang diri. Sebab itu harus ada sifat gotong-royong dan saling memberi sehingga jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dapat ditiadakan, persaudaraan dapat dipupuk dengan hubungan yang lebih akrab. 


Menafkahkan harta di jalan Allah, baik yang wajib seperti zakat, maupun yang sunah seperti sedekah, yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat, untuk memberantas penyakit kemiskinan dan kebodohan, untuk penyiaran agama Islam dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan adalah sangat dituntut oleh agama, dan sangat dianjurkan oleh syara'. Sebab itu, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang membicarakan masalah ini, serta memberikan dorongan yang kuat dan memberikan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana beruntungnya orang yang suka berinfak dan betapa malangnya orang yang tidak mau menafkahkan hartanya.


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Untuk lebih menguatkan persaudaraan yang dihasilkan dari ibadah puasa dan zakat ini, mari kita juga perkuat semangat persaudaraan dengan terus melakukan silaturahmi. Apalagi di hari lebaran ini, budaya silaturahmi dengan saling maaf-memaafkan harus senantiasa kita pertahankan. Di zaman modern saat ini, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersilaturahmi. Perkembangan teknologi saat ini mampu menjadi solusi dan sarana untuk memperkuat persaudaraan tanpa batas waktu dan tempat.


Media internet khususnya media sosial seharusnya dimanfaatkan untuk hal-hal positif seperti menjadi ajang silaturahmi, memperkuat persaudaraan, tukar menukar inspirasi dan informasi dan hal-hal penting serta bermanfaat lainnya. Fenomena yang terjadi malah terbalik 180 derajat di mana media sosial menjadi ajang perpecahan melalui hoaks, fitnah, caci maki. Padahal tidak ada agama di dunia ini yang membenarkan perilaku itu semua.


Mari kita perkuat silaturahmi untuk menumbuhkan sikap saling pengertian. Jika kita kehilangan sifat tasamuh atau saling pengertian maka kita akan merasa paling benar sendiri dan menuduh orang lain salah. Inilah yang kemudian memunculkan sifat intoleran yang jika dibiarkan akan memunculkan sikap radikal, ekstrem, dan berujung kepada tega menyakiti orang lain seperti sikap para teroris.


Silaturahmi akan memunculkan silatul fikri yakni menyamakan dan menguatkan pemikiran, ide, dan gagasan sehingga akan menemui titik temu kesepakatan. Silatur fikri kemudian akan memunculkan Silatur ruh yakni hubungan spiritual dan jiwa antar sesama manusia yang akan semakin mengokohkan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Silatur ruh akan mewujudkan pesan Al-Qur’an yang disebutkan dalam Surat Al-Anbiya: 107:


وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ 


Artinya : “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”.


Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Di akhir khutbah Idul Fitri ini, mari kita terus implementasikan makna hakiki dari ibadah puasa dan zakat untuk kehidupan sehari-hari sehingga mampu memperkuat persaudaraan kita dengan orang lain. Teriring doa semoga kita termasuk minal aizin wal faizin, yakni golongan orang yang kembali suci dan beruntung mendapatkan perdikat takwa. Semoga kita suci dari dosa kepada Allah dan dosa kepada sesama manusia. Amin.

 

جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ


  
Khutbah II


اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ "إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا". اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung

 

Baca naskah khutbah lainnya:


Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP