Syariah

Shalat Sunnah 8 Rakaat di Bulan Syawal

Sen, 10 Juni 2019 | 06:00 WIB

Bentangan ibadah sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam salah satu haditsnya tidaklah terbatas. Mulai dari menghindarkan duri di jalanan hingga dzikir kepada Allah subhanahu wata'ala. Semuanya tergolong dalam ibadah. Begitu luasnya ruang ibadah hingga seseorang tidak mungkin mengetahui batas-batas antara ibadah dan yang bukan ibadah kecuali mereka yang sombong. Karena segala seseuatu yang dilakukan seorang hamba dengan niat mengabdi kepada Allah dapat digolongkan sebagai ibadah.

 

Luasnya ruang ibadah inilah yang membedakan besaran ibadah seorang hamba dengan hamba lainnya.  Mereka yang memiliki banyak pengetahuan agama, memiliki peluang besar untuk memperbanyak ibadah, begitu juga sebaliknya. Mereka yang minim pengetahuan agamanya peluang ibadahnya pun tidak maksimal. Akan tetapi tidak semua peluang bisa berubah menjadi realitas ibadah. Tergantung ada kemauan seorang hamba.

 

Salah satu ibadah yang termasuk jarang diketahui dan juga jarang dilakukan kecuali mereka yang mengerti adalah shalat sunnah di bulan Syawal. Sebagaimana yang diterangkan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani berdasarkan pada hadits dalam kiitabnya Al-Ghunyah juz dua:

 

حدثنا أبو نصر بن البناء عن والده قال: حدثنا أبوعبد الله الحسين بن عمر العلاف، قال: أخبرنا أبو القاسم القاضى قال: حدثنا محمد بن أحمد بن صديق قال: حدثنا يعقوب بن عبد الرحمن قال: أنبأنا أبو بكر أحمد بن خعفر المروزى، قال: حدثنا على ابن معروف قال: حدثنى محمد بن محمود قال: أخبرنا يحيى بن شبيب قال: حدثناحميد عن أنس رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((من صلى فى شوال ثمان ركعات ليلا كان او نهارا يقراء فى كل ركعة بفاتحة الكتاب وخمس عشرة (قل هو الله أحد ...) فاذا فرغ من صلاته سبح سبعين مرة وصلى على النبي صلى الله عليه وسلم سبعين مرة، قال النبي صلى الله عليه وسلم: والذى بعثنى بالحق ما من عبد يصلى هذه الصلاة الا أنبع الله له ينابيع الحكمة فى قلبه وأنطق به لسانه وأراه داء الدنيا ودواءها، والذى بعثنى بالحق من صلى هذه الصلاة كما وصفت لايرفع رأسه من أخر سجدة حتى يغفر الله له، وان مات مات شهيدا مغفورا له، و ما من عبد صلى هذه الصلاة فى السفر إلاسهل الله عليه السير والذهاب الى موضع مراده, وان كان مديونا قضى الله دينه، وان كان ذا حجة قضى الله حوائجه، والذى بعثنى بالحق ما من عبد يصلى هذه الصلاة إلا أعطاه الله تعالى بكل حرف وبكل أية مخرفة فى الجنة قيل وما المخرفة يا رسول الله قال صلى الله عليه وسلم بساتين فى الجنة يسير الراكب فى ظل شجرة من أشجارها مائة سنة ثم لايقطعها))             

 

"Diceritakan dari Anas radhiallahu Anhu, dia berkata bahwasannya Rasulullah pernah bersabda, 'Barangsiapa shalat di bulan Syawal sebanyak delapan rakaat baik dilakukan malam hari maupun siang hari yang mana di setiap rakaatnya membaca al-Fatihah dan Qul qul huwallahu ahad–al-khlas--sebanyak lima belas kali; setelah delapan rakaat tersebut kemudian dilanjut dengan membaca tasbih (subhanallah wa bi hamdihi, subhanallahil adhim) tujuh puluh kali dan shalawat (allahumma shallli ‘ala sayyidina Muhammad) tujuh puluh kali. Maka demi Dzat yang telah mengutusku, Allah akan mengalirkan hikmah (kebijaksanaan/kebenaran) dalam hati yang diungkapkan melalui lisan seorang hamba yang telah melaksanakan shalat ini, dan Allah akan tunjukkan kepada dia penyakit-penyakit dunia serta obatnya. Dan demi Dzat yang telah mengutusku, barangsiapa yang mendirikan shalat ini sesuai tata caranya, maka akan diampuni dosa-dosanya sebelum ia mengangkat kepala setelah sujudnya, dan andaikan dia mati, maka dia mati dalam keadaan syahid yang dosanya telah diampuni. Dan tiada seorang hamba yang melaksanakan shalat ini dalam keadaan bepergian, kecuali Allah mudahkan baginya perjalanannya hingga tempat yang dituju. Andaikan ia memiliki utang, maka utangnya akan terbayar; dan seandainya ia memiliki kebutuhan, Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan demi Dzat yang telah mengutusku, tiada seorang hamba yang menjalankan shalat ini kecuali Allah berikan untuknya di setiap huruf dan ayatnya sebuah makhrafah di surga nantinya. Kemudian dipertanyakan, 'Apakah makhrafah itu, ya Rasul?' Rasulullah menjawab, 'Makhrafah adalah dua ekor domba yang mempermudah penunggangnya mengelilingi (kebun penuh) pepohonan yang tidak pernah dipotong selama seratus tahun)'."

Yang dimaksud dengan shalat tersebut adalah delapan rakaat shalat sunnah mutlak yang dilakukan selama bulan Syawal. Dengan ketentuan empat kali salam yang di setiap rakaatnya, dan setelah al-Fatihah membaca lima belas kali surat al-Ikhlas. Kemudian dilanjut dengan 70 kali bacaan tasbih dan 70 kali bacaan shalawat. Adapun fadhilahnya dapat telah diterangkan dalam hadits tersebut. (Ulil Hadrawi)

 

::::

Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada 18 Agustus 2014, pukul 13.00. Redaksi mengunggahnya ulang dengan sedikit penyuntingan.