Warta

35 Santri Ngenger karena TPQ Hanyut

NU Online  ·  Jumat, 14 Mei 2010 | 08:16 WIB

Kediri, NU Online
Sebuah bangunan Taman Pendidikan Al-Qur an (TPQ) hancur, dan empat rumah warga di Dusun Sentonorejo, Desa Tambibendo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri kini terancam ambrol menyusul derasnya arus Sungai Bruno, yang merupakan anak Sungai Brantas.

Akibat kejadian itu, kini sebanyak 35 santri terpaksa ngungsi dalam kegiatan belajar mengaji di rumah Ismiatul Lailiyah (24), Kepala TPQ An-nur, yang berada sekitar 500 meter dari bangunan yang rusak tersebut. "Untuk sementara mereka (santri) belajar di rumah saya sambil menunggu langkah selanjutnya,"ujar Ismatul Lailiyah ketika ditemui di rumahnya, Kamis (13/5).<>

Masih kata Ismatul, hancurnya bangunan TPQ An-nur yang memiliki ukuran 10X10 meter berada di atas tanah wakaf Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Alfalah Ploso, KH Zaenudin Jazuli, akibat runtuhnya tebing Sungai Buro setinggi 10 meter. Sementara bangunan TPQ sendiri sudah berdiri sejak 6 tahun silam, yang didanai swadaya masyarakat setempat.

Akibat perpidahan TPQ ke rumah Ismatul Lailiyah, saat ini jumlah santrinya kian menyusut. Ismatul mengaku sebelumnya sempat berjumlah total hingga 150 santri setingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Oleh sebab itu, Ismatul dan warga berharap TPQ dapat dicarikan tempat baru yang dapat digunakan secara permanen oleh Pemkab Kediri.

Kegiatan belajar mengaji di TPQ An-nur sendiri berlangsung sejak pukul 14.00-15.30 WIB. Di TPQ tersebut, para santri diajari mengaji, sholat, hingga bahasa Arab. Sementara pembimbingnya sebanyak empat orang ustadzah yang berasal dari warga sekitar. Demikian seperti dilansir beritajatim.com.

Empat rumah warga yang kini terancam antara lain milik Jahidin, Tama Mudi, Mikan dan Nur Kolis. Menurut keterangan Tamam, runtuhnya tebing Sungai Bruno sendiri terjadi akibat pengerukan pasir secara besar-besaran di Sungai Brantas, serta tingginya curah hujan yang turun.

"Rusaknya tebing sungai sendiri terjadi akibat derasnya arus sungai yang berasal dari kaki Gunung Wilis. Arus sungai kian deras disebabkan turunnya dasar Sungai Brantas akibat pengerukan pasir dengan mekanik. Seperti rumah saya ini, kalau hujan turun malam hari, sekeluarga tidak bisa tidur," keluh Tamam Mudi.  (ful)