Fosil Kayu Sungkai Tandai Makam Syeikh Burhanuddin
NU Online · Senin, 26 April 2010 | 06:15 WIB
Dua batang kayu sungkai yang telah menjadi fosil menjadi tanda keberadaan makam Syeikh Burhanuddin, penyiar agama Islam dan guru besar Tarekat Naqsabandiyah yang terdapat di Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau.
"Kayu sungkai yang telah menjadi batu dan menjadi nisan Syeikh Burhanuddin, merupakan pertanda bahwa inilah makam sebenarnya tuan guru besar Tarekat Naqsabandiah yang berada di Kuntu," ujar juru kunci makam, Sukarna (59) saat ditemui di Kuntu (sekitar 90 kilometer dari Pekanbaru), Senin (26/4<>).
Sukarna mengatakan, tanaman sungkai banyak terdapat di daerah itu dan menjadi tanaman keras yang banyak dimanfaatkan masyarakat karena bernilai jual tiggi.
Menurut Sukarna, dua batang kayu sungkai yang menancap di makam Syekh Burhanuddin tidak pernah dipindahkan atau pun dicabut, karena batang tersebut tertancap kokoh sebagai penanda bagian kepala dan ujung kaki dari makam.
Dua batang sungkai itu di bagian kepala setinggi lebih kurang 1,5 meter dan bagian kaki sekitar setengah meter. Saat pertama kali makam tersebut ditemukan pada tahun 1990, kawasan tersebut merupakan hutan belukar. Bahkan butuh waktu dua hari dari perkampungan penduduk yang hanya berjarak sekitar dua kilometer untuk mencapai makam.
Keinginan Sukarna menemukan makam Syeikh Burhanuddin itu atas perintah seorang ulama di kampungnya di Gunung Sari, Kecamatan Gunung Sahilan, Kampar, yang mengatakan ada makam penyebar agama Islam di tengah hutan belantara Desa Kuntu.
"Pertama kali saya menemukan makam ini, nisan batang sungkai sebagai pertanda kuburan telah ada. Bahkan di sekitar makam telah terdapat empat tonggak yang terbuat dari semen dan rantai besi mengelilingi makam," terangnya.
Sukarno mengatakan, jauh sebelum dia bersama Sekretaris Desa Kuntu Jabri menemukan makam tersebut, makam itu dulunya pada zaman Belanda telah ditemukan dan dipelihara baik.
"Namun, sayangnya makam tersebut kemudian tidak terpelihara, dikelilingi hutan belukar. Tapak surau tempat Syeikh menyebarkan agamanya juga ada ditemukan tidak jauh dari lokasi makam. Sayangnya surau itu telah roboh," ujar Sukarna.
Perihal batang sungkai yang menandai makam penyebar agama Islam di Sumatra itu, menurut Sukarna dari cerita masyarakat setempat pernah ada seekor gajah yang ingin mencabut batang tersebut, namun batang kayu berdiameter sekitar 60 centimeter itu tidak tercabut malah gajah yang mati.
"Sebagai warga asli daerah ini, kami hanya tahu ada makam keramat dari tuanku guru Syeikh Burhanuddin. Makam ini dulunya memang tidak terpelihara tapi kini telah direhab dan dijadikan situs cagar budaya," ujar Siman salah seorang warga masyarakat Kuntu.
Sukarna mengaku, sejak makam tersebut ditemukan lagi banyak warga dari luar daerah dan luar negara berdatangan ke Kuntu. Mereka melakukan takziah bahkan penganut Tarekat Naqsabandiah tiap usai hari raya enam selalu mengunjungi makam tersebut. (ant)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
2
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
3
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
4
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
5
Khutbah Jumat: Menolong Sesama di Tengah Bencana
6
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
Terkini
Lihat Semua