Warta HAUL GUS DUR DI CIGANJUR

Gus Yusuf: Islam Gus Dur Tidak Boros Takbir

Jum, 31 Desember 2010 | 12:03 WIB

Jakarta, NU Online
Dalam perjuangannya membumikan Islam selama hidupnya, memanusiakan masyarakat, menegakkan keadilan hukum, kesejahteraan, demokratisasi dan pluralism di Indonesia, yang pantang menyerah diibaratkan Gus Yusuf (Magelang Jateng) sebagai perwujudan Islam yang tidak boros takbir atau terlalu sering mengucapkan Allahu Akbar.

“Kalau di kampus-kampus dan kota-kota di Indoensia makin marak dengan kumandang takbir dalam menjalankan ajaran agama, tapi tidak demikian dengan Gus Dur. Karena bagi santri itu sehari-semalam cukup lima kali takbir. Sebab, kalau sering disebut was-was, peragu dan itulah yang dekat dengan syetan,”tandas Gus Yusuf dalam acara haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (30/12) malam.<>

Yang jelas kata Gus Yusuf, Gus Dur itu merupakan inspirasi bagi bangsa ini yang menempatkan sama antara satu dengan golongan masyarakat yang lain. Sehingga Gus Dur dan NU pun bisa diterima di mana-mana dan kapan saja. Sebagaimana keikhlasan dan ketulusannya dalam mengabdi kepada masyarakat, maka dalam kondisi sakit parah pun beliau masih sempat mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada teman-temannya

Untuk itulah lanjut Gus Yusuf, kehadiran kita dalam haul ini sebegai generasi muda adalah sebagai komitmen untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur, menegakkan niat dan meluruskan perjuangan. Dan, yang paling penting adalah sebagai ta’dzim, hormat kita kepad guru dan orangtua, yang kini mulai pudar di negeri ini.

Apa artinya symbol-simbol agama yang megah dan mewah, jika kondisi masyarakatnya terpecah-belah dan memprihatinkan. Gus  Dur kata Gus Yusuf, Selalu menceritakan ketika di Pesantren Tegalrejo, Magelang asuhan KH Khudori. Dalam cerita itu terjadi tarik-menarik kepentingan masyarakat antara mendirikan masjid dan membeli gamelan.

“Mengingat tanpa masjid pun umat Islam bisa beribadah, sedangkan mereka juga perlu hiburan, maka KH Khudori memilih uang desa itu digunakan untuk membeli gamelan. Toh dengan kebersamaan, masjid pasti akan terbangun. Sedangkan gamelan bekas itu tidak mesti selalu ada, apalagi dengan harga murah,”katanya menirukan cerita Gus Dur.

Cerita lain lanjut Gus Yusuf,  sewaktu ingin makan ikan, Gus Dur mengajak keempat temannya untuk mengambil di kolam ikan pesantren miliki KH Khudori. Ketika malam itu ikannya sudah banyak dalam ember, KH Khudori keluar menggunakan sandal (bakiak). Mendengar itu Gus Dur menyuruh teman-temannya lari meninggalkan kolam ikan. Sedangkan Gus Dur duduk di samping ikan dalam ember tersebut.

Karuan saja ketika kepergok KH Khudori, beliau menanyakan,”Lagi ngapain Durrahman?”  Kata  Gus Dur, “Ini kiai, lagi menyelamatkan ikan yang mau diambil, tadi orangnya berlarian.” “Ya, sudah kamu goring saja?” jawab KH Khudori. Akhirnya Gus Dur kembali masuk kamar pesantren dan memanggil teman-temannya tadi. Teman-temannya pun menolak dituduh sebagai pencuri, karena semua itu atas inisiatif Gus Dur.

Lalu Gus Dur mengatakan, “Kamu kan tadi ingin ikan dan sekarang sudah ada ikannya, halal lagi. Jadi, ayo kita goreng.” Maka digorenglah semua ikan emas dalam ember tersebut. Artinya, seluruh liku-liku, hiruk-pikuk, pahit getirnya perjuangan Gus Dur selama ini adalah dilalui dengan jalan yang benar, halal dan untuk kepentingan rakyat, bangsa dan Negara. Oleh sebab itu, kita semua harus meneladani dan melanjutkan perjuangannya.(amf)