Warta HAUL KE-30 KIAI HAMID PASURUAN

Kisah Teladan Kiai Menjadi Spirit Hidup

Jum, 3 Februari 2012 | 05:01 WIB

Pasuruan, NU Online
Seperti saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, kisah-kisah teladan yang disampaikan pada saat peringatan haul atau peringatan tahunan wafatnya para kiai, guru dan orang tua menjadi bekal yang sangat berguna bagi umat. Kisah-kisah teladan itu dapat menjadi spirit hidup.<>

Demikian disampaikan Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mas Subadar saat memberikan taushiyah dalam acara puncak Haul ke-30 Almaghfurlah KH Hamid bin Abdullah bin Umar, dan Haul ke-21 Nyai Nafisah Hamid, yang berpusat di Pesantren Salafiyah Kota Pasuruan, Kamis (2/2).

Acara haul Kiai Hamid Pasuruan dan Nyai Nafisah diadakan pada setiap tanggal 9 bulan Rabiul Awal. Karena bertepatan dengan bulan Rabiul Awal atau bulan maulid, maka acara haul Kiai Hamid biasa dirangkai dengan acara Maulid Nabi Muhammad SAW.

ā€œKita memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus memperingati haul dari ulama pewaris Nabi, Kiai Hamid bin Abdullah bin Umar,ā€ kata KH Mas Subadar mengawali taushiyahnya.

Disampaikannya, dalam Al-Qurā€™an terdapat banyak kisah teladan orang-orang terdahulu, dimaksudkan agar disimak dan diteladani oleh umat Islam. Maka dalam tradisi haul para kiai, juga pasti dibacakan manakib atau kisah hidup para kiai yang diperingati.

Dalam kesempatan itu, para kiai dan tamu yang mendapatkan kesempatan untuk memberikan sambutan secara bergantian menyampaikan kisah hidup dan keteladanan Kiai Hamid kepada puluhan ribu jamaah yang hadir. Dimulai dari putra Kiai Hamid, KH Idris Hamid, lalu walikota Pasuruan H Hasani yang juga alumni Pesantren Salafiyah, Gubernur Jatim Soekarwo dan Wakil Gubernur Saifullah Yusuf, Ketua MK Mahfud MD, Kiai Mas Subadar sendiri dan diakhiri oleh Ketua PCNU Malang KH Marzuki Mustamar.

Kiai Idris Hamid bercerita, Kiai Hamid adalah sosok kiai yang gemar mendirikan masjid di berbagai tempat yang disinggahinya. Selama hidupnya Kiai Hamid telah mendirikan sedikitnya 135 masjid.

Kiai Hamid yang sering didatangi para pejabat dan pengusaha juga tidak tertarik dengan harta benda. Ia sering menolak pemberian mobil mewah. ā€œSimpan di rumah kamu saja. Kalau saya butuh antarkan saya. Saya tidak mau mobil ini malah jadi beban saya,ā€ kata Kiai Hamid seperti dikutip Kiai Idris.

Yang menarik dari Kiai Hamid ini, bukan hanya sekedar kisah-kisah teladan, tetapi juga berbagai kisah mengenai karamahnya. Kiai Hamid Pasuruan di masa hidupnya dikenal sebagai wali Allah yang mempunyai karamah. Seperti Mukjizat yang dimiliki para nabi, karamah yang dimiliki para wali ini berfungsi untuk memantapkan keyakinan umat terhadap panutan mereka.

Tak kurang Mahfud MD bercerita tentang kesaksian temannya yang beberapa kali diminta Kiai Hamid untuk menuliskan surat kepada menteri luar negeri. Ia adalah Alwi Syihab yang belakangan menjadi menteri luar negeri. ā€œDia dulu tidak menyengka bisa menjadi luar negeri. Ini karena barakah Kiai Hamid,ā€katanya.

Kiai Hamid dikenal mengetahui apa yang dialami orang meskipun ia tidak menyaksikannya secara langsung. Wali Kota Pasuruan H Hasani bercerita, saat dirinya datang menghadap Kiai Hamid, ia sempat dicegat polisi karena tidak mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak membawa kelengkapan surat-surat sepeda motor, namun dia dibebaskan karena polisi karena dia mengatakan akan menghadap kiai Hamid. ā€œBegitu saya sampai, belum apa-apa Kiai Hamid sudah bilang kepada saya ā€˜Lain kali kalau kalau naik motor harus bawa helm, bawa SIM dan STNKā€™,ā€ katanya.

Ketua PCNU Kota Malang KH Marzuki Mustamar dalam taushiyahnya menyampaikan, berbagai karamah diperoleh Kiai Hamid karena beliau telah memenuhi persyaratan untuk menjadi wali Allah, antara lain karena beliau tidak cinta harta, ikhlas dalam membimbing umat dan tetap rendah hati.

Acara puncak haul Kiai Hamid ini dihadiri puluhan ribu jamaah. Lokasi di seputar podium utama di Pesantren Salafiyah memang hanya menampung ratusan orang. Para jamaah duduk bersila hingga ke rumah-rumah penduduk dan jalan-jalan raya, antara lain jalan Jawa yang sekarang diganti dengan jalan Kiai Hamid, dan jalan Wahid Hasyim, hingga ke alun-alun Kota Pasuruan dan Masjid Jamiā€™ Kota Pasuruan.

Meski berada sekitar jauh lebih dari 1 km dari pusat acara, para jamaah cukup terbantu karena acara peringatan haul diteruskan melalui layar dan pengeras suara yang telah disiapkan oleh panitia di berbagai titik. Sebagian jamaah yang hadir terlebih dulu datang berziarah ke makam Kiai Hamid yang berada di samping Masjid Jami Kota Pasuruan.

Penulis: A. Khoirul Anam