Warta

Pemerintah Mesti Turunkan Harga BBM

Rab, 22 Oktober 2008 | 08:25 WIB

Jakarta, NU Online
Ekonom Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D mendesak pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) guna meredam dampak krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat terhadap sektor riil, terutama industri Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Penurunan harga BBM merupakan salah satu langkah yang harus diambil pemerintah saat ini," kata Mudrajad di Jakarta, Rabu.<>

Setelah mencapai kenaikan tertinggi pada level 147 dolar per barel, harga minyak dunia terus menurun. Kontrak utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Desember turun 1,05 dolar ke posisi 71,13 dolar per barel dari penutupan pada Selasa di Amerika Serikat yang tercatat 72,18 dolar per barel, Selasa, demikian diwartakan AFP.

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM itu menyebut pengurangan harga BBM sebagai langkah konkret dan akan menggerakkan sektor riil sekaligus meredam dampak krisis keuangan AS.

Pemerintah juga perlu memperketat impor barang jadi dan mencegah barang impor ilegal. "Kami mengusulkan agar pemerintah memacu pembangunan infrastruktur di Indonesia," katanya.

Langkah lain yang perlu diambil pemerintah adalah memberi insentif pajak kepada perusahaan berorientasi ekspor seperti tekstil, industri hilir, dan industri padat karya.

Mudrajad menilai krisis pasar finansial AS mulai terasa dampaknya pada September 2008.

"Hal itu terilihat dari kurs rupiah terhadap dolar AS yang terus terdepresiasi dan IHSG yang mengalami tren penurunan sejak September 2008," katanya.

Bahkan pada Oktober, kurs sempat menyentuh level Rp9.870 per dolar AS, sementara IHSG sempat ditutup pada level 1.451.

Mudrajad berpendapat, perangkat terbesar dari krisis keuangan ini adalah pengangguran permanen, kemiskinan permanen, semakin merajalelanya praktik KKN, merajalelanya praktik ekonomi ilegal dan meningginya tingkat "country risk".

Oleh karena itu, strategi pengembangan UMKM sebagai penggerak utama sektor riil di tengah krisis global harus fokus pada berbagai hal di antaranya peningkatan ekspor, kepastian usaha dan "commercial inteligence" .

Selain itu juga harus terarah pada kelancaran distribusi, perlindungan konsumen, pembangunan karakter, memfasilitasi UMKM, dan meningkatkan pembiayaan UMKM. "Perlu ada struktur industri yang kokoh," katanya.

Sedangkan untuk membangun struktur industri yang kokoh harus ada keterkaitan yang erat antara industri hulu dan hilir, demikian Mudrajad Kuncoro. (ant)