Warta

Universitas Islam Pertama di AS

NU Online  ·  Selasa, 6 Oktober 2009 | 22:08 WIB

California, NU Online
Mulai munculnya kepercayaan Presiden AS, Barack Husein Obama, pada umat Islam untuk menduduki tempat terhormat di parlemen, penasihat presiden, serta usaha Muslim AS menggelar shalat Jumat di Capitol Hill, pertengahan September lalu, kini umat Islam di California (AS), makin bernapas lega. Mereka bersepakat untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi (universitas) berbasis Islam di negara bagian California.

Sejumlah cendekiawan dan organisasi Muslim di Amerika Serikat (AS) akan mendirikan universitas Islam yang terakreditasi di Berkeley, California, mulai musim panas tahun depan. Universitas Islam yang akan diberi nama Zaytuna College ini, ibarat mimpi yang menjadi kenyataan bagi warga Muslim AS yang sejak lama mengumpulkan dana dan menunggu waktu yang tepat, untuk mendirikan universitas itu.<>

Imam Zaid Shakir, Syaikh Hamza Yusuf, dan Dr Hatem Bazian adalah tiga cendekiawan dan tokoh Muslim AS yang mencetuskan ide pembangunan universitas Islam, yang akan menggunakan motto Where Islam Meets America.

Cikal bakal dari universitas ini sudah dirintis sejak tahun 1996, ketika Hamza Yusuf mendirikan Zaytuna Institute di San Francisco, yang memberikan program pendidikan dan kursus bahasa. Lima tahun kemudian, Imam Zaid Shakir membuat proyek percontohan dengan membuka program teologi dan hukum.

Pengembangan Zaytuna Institute menjadi universitas Islam Zaytuna College, membawa misi untuk memberikan pendidikan dan menyiapkan para profesional, intelektual, dan pemuka agama agar memiliki komitmen moral yang berdasar pada tradisi keilmuan yang Islami, memiliki wawasan terhadap perkembangan budaya terkini, serta cara berpikir kritis di tengah kehidupan masyarakat modern.

Khusus untuk konflik Israel-Palestina, Shakir mengatakan, kebijakan bagaimanan konflik itu digambarkan untuk para mahasiswa akan diserahkan bahwa kebijakan masing-masing profesor yang mengajar.

''Kami berharap siapa pun yang mengajar di universitas ini, bisa melihat dampak secara menyeluruh dari isu-isu yang diangkat dari berbagai sudut pandang dan bisa memberikan penilaian yang mendalam dan benar, tentang situasi yang terjadi. Mereka juga diharapkan bisa menstimulasi para mahasiswa untuk memikirkan solusi dari konflik-konflik, dengan cara yang adil dan bijaksana,'' jelas Shakir. (min)