Nasional

Gus Qoyyum Sebut Ada 3 Kelompok Orang Beruntung dalam Al-Qur'an, Siapa Saja Mereka?

Jum, 29 Maret 2024 | 08:00 WIB

Gus Qoyyum Sebut Ada 3 Kelompok Orang Beruntung dalam Al-Qur'an, Siapa Saja Mereka?

Gus Qoyyum dalam pengajian Nuzulul Qur'an di Masjid Agung Rembang, Jawa Tengah, Rabu (27/3/2024). (Foto: tangkapan layar)

Rembang, NU Online

Pengasuh Pesantren An-Nur, Lasem Rembang, Jawa Tengah KH Abdul Qoyyum Manshur (Gus Qoyyum) menjelaskan makna orang beruntung, sebagaimana yang terkandung di dalam Al-Qur'an. 


"Di dalam Al-Qur'an, beruntung itu dengan bentuk kata kerja, kata kerjanya aflaha yang berarti beruntung. Itu disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak empat kali," ungkap Gus Qoyyum.


Penjelasan ini disampaikan saat Gus Qoyyum mengisi pengajian dalam rangka Peringatan Nuzulul Qur'an yang diadakan oleh Takmir Masjid Agung Rembang dan bertempat di serambi masjid, Rabu (27/3/2024).


Gus Qoyyum kemudian menyebutkan bahwa ada tiga kelompok yang masuk sebagai kategori orang beruntung. 


1. Orang-orang khusyuk dalam shalat

Kelompok pertama adalah orang-orang yang bisa khusyuk saat menjalankan shalat. Gus Qoyyum kemudian mengutip beberapa ayat di awal Surat Al-Mu'minun. 


"Qad aflaḫal-mu'minûn; Alladzîna humshalatihim khâsyi'ûn; Walladzîna hum 'anil-laghwi mu'ridlûn; dan seterusnya," kata Gus Qoyyum.


"Orang yang beruntung itu adalah orang yang shalatnya khusyuk. Kira-kira panjenengan itu berbuka dulu atau shalat Maghrib dulu, khusyuk mana? Makanya Islam mensunahkan berbuka dulu, tapi jangan lama-lama. Sebab shalat Maghrib itu batasnya sampai mega yang berwarna merah itu hilang," jelasnya.


Menurut Gus Qoyyum, cara agar seseorang bisa khusyuk ketika sedang shalat adalah dengan melakukan pengelolaan hati.


"Diperlukan pengelolaan hati yang baik, karena kalau kita hidup tanpa problem, kayaknya kok tidak bisa ya? Semoga Allah meringankan problem hidup kita," bebernya.


"Tapi kalau hidup tanpa masalah bisa tidak ya? Kelihatannya tidak bisa, selalu ada masalah karena hidup itu dinamis. Cuma mengelola hati dengan baik itu memang tidak mudah," tambah Gus Qoyyum.


Ia lantas membeberkan cara agar bisa mengelola hati, terlebih lagi resep ini cocok di akhir zaman. Di antaranya dengan berzikir dan tidur yang cukup. 


"Karena kalau tidur cukup itu tidak banyak mikir, usahakan tidurnya cukup. Daripada kita tidak tidur tapi ngerasani (membicarakan) orang, mending dibuat tidur," kata Gus Qoyyum.


2. Orang yang membersihkan hati

Kelompok kedua yang beruntung adalah orang yang mampu membersihkan hati. Gus Qoyyum mengutip ayat 9 Surat Asy-Syams yakni Qad aflaḫa man zakkaha (Sungguh beruntung orang yang bisa membersihkan hatinya). 


Menurut Gus Qoyyum, membersihkan hati memang sulit. Orang yang sudah alim pun, tidak mudah untuk bisa menjaga hati. 


"Sebagai contoh, jangan memuji ulama di depan ulama, karena untuk menjaga kebersihan hati ulama. Jangan memuji kiai lain di depan seorang kiai, iya kalau beliau berkenan, kalau tidak berkenan?" tuturnya.


3. Orang bersih lahir batin

Kelompok beruntung ketiga adalah orang yang bersih lahir dan batinnya. Gus Qoyyum kemudian mengutip ayat 14 Surat Al-A'la yakni Qad aflaha man tazakka.


"Kalau tadi man zakkaha, sekarang man tazakka. Beda bentuk kata. Kalau tadi bentuknya itu satu muta'addi (dan) satu lazim. Sungguh beruntung orang yang bersih lahir-batinnya," ungkapnya.


Perubahan diri manusia

Lebih lanjut, Gus Qoyyum menerangkan bahwa Nabi Muhammad berharap agar manusia mengalami transformasi atau perubahan dalam dirinya.


"Nabi Muhammad berharap manusia bisa memperbaiki diri, kemudian menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Hari esok lebih baik daripada hari ini, hari lebih baik daripada hari esok. Itu harapan Nabi Muhammad. Itulah menjadi tolok ukur manusia, beruntung atau tidak," jelasnya.


Gus Qoyyum kemudian menegaskan bahwa manusia yang beruntung adalah yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin. 


Sementara manusia yang tidak beruntung adalah yang hari ini lebih buruk daripada kemarin, hari kemudian lebih buruk lagi daripada hari esok, dan seterusnya. 


"Itu indikasi manusia yang tidak beruntung," pungkas Gus Qoyyum.