Nasional

Hadiri Halal Bihalal Alumni Tebuireng, Gus Fahrur Tegaskan Santri Harus Mandiri Secara Ekonomi

Kam, 18 April 2024 | 22:02 WIB

Hadiri Halal Bihalal Alumni Tebuireng, Gus Fahrur Tegaskan Santri Harus Mandiri Secara Ekonomi

Gus Fahrur saat menyampaikan ceramah keagamaan dalam acara Halal Bihalal Alumni Pesantren Tebuireng di Pendopo Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (18/4/2024). (Foto: dok. Tebuireng/Choiri)

Malang, NU Online 

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur) mengatakan bahwa santri dan pesantren harus memiliki semangat dalam kemandirian, khususnya dalam masalah ekonomi.


Pesan tersebut disampaikannya saat ia menghadiri acara Halal Bihalal Alumni Pesantren Tebuireng di Pendopo Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Kamis (18/4/2024).


"Santri itu baiknya (harus) kaya, mandiri secara ekonomi. Dakwah perlu uang. Bangun pesantren butuh anggaran, tidak bisa beli semen dengan Al-Fatihah," ujarnya.


Gus Fahrur menegaskan, kejayaan Islam akan semakin luas memberikan manfaat kepada umat ketika para pemeluknya memiliki kemandirian ekonomi.


Contoh sederhananya, ketika umat Islam ingin membangun lembaga pendidikan, seperti pesantren, maka tidak perlu lagi mengandalkan bantuan pemerintah.


Gus Fahrur mencontohkan Universitas Oxford yang menyediakan asrama seperti pesantren. Universitas Oxford dapat dikatakan sebagai universitas swasta, yakni mereka sepenuhnya merdeka dari pengaruh pemerintah. Mereka dapat memilih untuk menjadi sepenuhnya swasta dengan menolak dana dari pemerintah Inggris.


Contoh lainnya, Universitas Harvard yang juga instansi pendidikan swasta di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Kedua lembaga ini menjadi tempat belajar favorit di dunia dan telah menempatkan pada pilihan teratas bagi anak seluruh dunia.


"Saya pernah dikirim KH Hasyim Muzadi ke Eropa untuk melihat pendidikan di sana. Saya melihat bahwa instansi pendidikan swasta malah lebih maju," imbuh


Pengasuh Pesantren Annur 1 Bululawang, Malang, Jawa Timur ini menuturkan, santri yang lulus dari pesantren harus memiliki perencanaan matang agar bisa hidup mandiri secara ekonomi. 


Ketika para alumni pesantren mandiri, maka sedikit banyak akan membantu tempat belajar terdahulu. Dengan begitu, kelak pesantren dan lembaga pendidikan Islam akan maju.


"Kaya itu cobaan, miskin juga cobaan. Namun, enak kaya. Dakwahnya lebih enak. Umat Islam kalau tidak kaya susah juga. Minta uang di pinggir jalan, diejek," katanya.


Gus Fahrur menegaskan bahwa soal kemandirian ekonomi bukan hal baru dalam IsIam. Sebab Nabi Muhammad terbiasa dengan dunia dagang. Sebelum menikah dengan Khadijah, Nabi keliling berdagang.


"Hadits Nabi, jangan hasud kecuali dalam dua hal (ingin positif). Pertama, orang lelaki yang kaya dan menggunakan hartanya untuk kebaikan. Kedua, orang berilmu yang mau mengamalkan ilmu dan mengajarkannya," pungkas Gus Fahrur.