Nasional

Muslimat NU Dorong Penguatan Ekonomi Sirkular

Ahad, 5 Mei 2024 | 01:00 WIB

Muslimat NU Dorong Penguatan Ekonomi Sirkular

Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa usai pelaksanaan Halal bi Halal PP Muslimat NU di Jakarta Pusat, Sabtu (4/5/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
​​​​Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) mengambil langkah strategis dengan memperkuat ekonomi sirkular. ​Ekonomi sirkular merupakan model ekonomi yang bertujuan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan meminimalkan kerusakan lingkungan dan mempertahankan bahan serta sumber daya. Langkah ini dilakukan untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
 

Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa melihat potensi besar dalam pemanfaatan limbah sebagai sumber daya ekonomi yang bernilai. Khofifah mencontohkan kalung manik-manik yang berbahan dasar pecahan kaca.


"Saya termasuk yang hampir tak pernah pakai kalung begini, tapi ini saya mengikuti cukup lama. Jadi ini kalau kita mau berbicara ekonomi sirkular, ini adalah ekonomi sirkular," kata Khofifah usai menghadiri Halal bi Halal PP Muslimat NU di Jakarta Pusat, Sabtu (4/5/2024).
 

Ia menyebut, salah satu contoh implementasi ekonomi sirkular yang sukses adalah di Desa Sambang, Gudo, Jombang, Jawa Timur. Di desa tersebut, pecahan-pecahan kaca dimanfaatkan untuk dijadikan aksesoris dengan nilai tambah tinggi. Produk-produk tersebut bahkan telah diekspor ke beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika.
 

"Dan itu sudah cukup lama saya ke sana untuk bisa diajukan sebagai desa devisa, karena pada dasarnya mereka juga sudah ekspor ke beberapa negara, baik Timur Tengah maupun Afrika,” paparnya.
 

“Dan itu kalau rumus ekonomi sirkular, ini kena. Kalau kita mau berbicara green economy, ya konsep, tapi juga implementasi lapangannya. Apa sih yang sebetulnya bisa kita lakukan dari residu-residu yang ada?” imbuhnya.
 

Khofifah juga menyoroti pentingnya bank sampah dan gerakan reduce, reuse, recycle yang telah dilakukan di berbagai tempat, termasuk di sekolah-sekolah di bawah naungan Muslimat NU. Gerakan ini telah membantu mengurangi limbah dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sebelumnya dianggap sebagai sampah.
 

“Bank Sampah sudah sangat lama. Bank Sampah itu mungkin 15 tahunan. Kemudian di TK-TK kita kan ada 9.800 TK. Itu banyak sekali reduce, reuse, recycle. Barang-barang yang sudah jadi sampah, kemudian reduce, reuse, recycle. Itu sudah jalan," kata dia.
 

Ia berharap, melalui penguatan gerakan ekonomi sirkular, Indonesia dapat berkontribusi dalam mencapai target global seperti net zero emission pada tahun 2060 dan konversi dari energi fosil menjadi energi terbarukan.


Dengan dukungan perempuan di Indonesia, tambah dia, Indonesia dapat mewujudkan visi ekonomi hijau dan ekonomi biru. Hal ini adalah salah satu ikhtiar kecil yang kita bisa lakukan bersama-sama. Ini menjadi langkah penting dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan bagi generasi mendatang.
 

"Kalau perempuan di Indonesia melakukan gerakan ini bersama-sama, maka green economy dan blue economy akan menjadi keniscayaan. Jadi misalnya net zero emission 2060. Net zero emission 2060 insyaallah kita bisa lakukan bersama-sama. Ini kan, salah satu ikhtiar kecil, ya. Ikhtiar lain misalnya bagaimana konversi dari energi fosil menjadi renewable energy itu kan, besar,” pungkasnya.