Nasional

Suhu Panas Diprediksi Terjadi hingga Agustus 2024, LPBI PBNU Imbau Masyarakat Tidak Perlu Panik

Sel, 7 Mei 2024 | 10:58 WIB

Suhu Panas Diprediksi Terjadi hingga Agustus 2024, LPBI PBNU Imbau Masyarakat Tidak Perlu Panik

Ilustrasi suhu panas (BMKG)

Jakarta, NU Online
Suhu panas yang terjadi di Indonesia saat ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga Agustus atau September mendatang.


Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) M Ali Yusuf menyatakan bahwa saat ini di Indonesia tidak mengalami gelombang panas seperti yang terjadi di beberapa negara di kawasan Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos, di mana suhu mencapai 52°C.


"Cuaca di Indonesia saat ini berkisar antara 34°C – 37°C, oleh karena itu masyarakat di Indonesia tidak perlu panik dan mengkhawatirkan akan terjadinya gelombang panas di Indonesia," ujarnya kepada NU Online, Senin (6/5/2024).


Menurutnya, gelombang panas secara karakteristik terjadi di wilayah yang terletak di lintang menengah hingga lintang tinggi, baik di belahan bumi bagian utara maupun selatan, termasuk wilayah kontinental dan sub-kontinental. Sementara Indonesia berada di wilayah ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas.


Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa suhu panas yang terjadi saat ini disebabkan oleh pemanasan permukaan bumi sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan, yang mengakibatkan berkurangnya curah hujan. Dia juga mencatat bahwa kondisi seperti ini bukan pertama kalinya terjadi, tetapi bahkan selalu terjadi terutama saat peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.


"Selain itu, suhu panas yang terjadi di Indonesia juga dipicu oleh gerak semu matahari saat ini yang posisinya berdekatan dengan garis khatulistiwa sehingga menyebabkan cuaca yang cerah saat siang hari," imbuhnya.


Sementara itu Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.


Ia mengatakan bahwa berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.


"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ujarnya dilansir dari laman BMKG.


Ia menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.


Ia mengatakan suhu panas yang terjadi adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. Sama halnya dengan kondisi "gerah" yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, tambah dia, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.


Ia menambahkan bahwa periode peralihan ini umumnya ditandai dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara. Selanjutnya, terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari.


"Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun," pungkasnya.